Lihat ke Halaman Asli

Risky Eko Yuliyanto

Profesi Anggota TNI KC, Anggota Satpam

Diteror oleh Rasa Jenuh

Diperbarui: 28 Agustus 2018   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kala itu senja. Dimana langit yang berwar oaranye menebar pesona didepan mata. Matahari yang lambat laun mulai tenggelam menyisahkan sisa sisa cahaya. Di bawah langit yang indah itu, adalah sebuah tempat penampungan yang digunakan untuk menampung para pejuang untuk menjemput harapan. 

Terletak didaerah kebumen. Berdiri sebuah bangunan sederhana yang cukup sempit untuk menampung para pejuang harapan. Jumlah mereka mencapai puluhan. Seperti Londo dan Rondo, mereka semua berasal dari berbagai daerah. Tak hanya dari daerah terdekat, peserta bahkan ada yang dari daerah terjauh. Seperti Sulawesi, Bandung,Bogor.

Mereka semua berkumpul dalam satu wadah dan satu nasib. Kemudian menjadi saudara karena mengerti situasi dan kondisi mereka masing-masing. Rata-rata mereka sama. Sama-sama memiliki angan-angan dan harapan.

Perut itu sudah tidak bisa ditahan lagi. Suaranya keluar meminta untuk diisi nasi. Entah mengapa dengan nasib ini. Sejak pagi hingga sore hari jatah nasi belum diberi.

Petugas lapangan bilang, selama masih dipenampungan hingga keberangkatan sampai tujuan. Makan tiga kali sehari sudah ditanggungi. Dengan bekal uang yang minim. Terpaksa dari masing-masing mereka mencari warung untuk membeli nasi. Janji itu pun tidak terpenuhi.

Londo dan Rondo berkeliling menemui setiap orang yang ada. Menemui dan menyapa. Berharap dengan itu bisa lebih mengenal dan akrab. Mencari teman untuk diajak bicara. Berbincang-bincang dan berkeluh kesah mengenai jatah makan. Sesekali menanyai tentang pekerjaan disana seperti apa. Kepada orang yang berpengalaman. Mereka mendapat sedikit gambaran tentang pekerjaan mereka nanti.

Pekerjaan disana berat. Tentunya gaji disana besar. Namun dengan fasilitas-fasilitas yang sudah dijanjikan oleh perusahaan dan petugas lapangan (PL). Mereka pikir tidak rugi jika kebutuhan mereka terpenuhi. 

Sudah dua hari mereka berada di penampungan dengan tidak melakukan apa apa. Sedang peserta kian bertambah. Sesekali datang satu keluarga dengan membawa banyak barang seperti rice cooker dan entah apa lagi yang tersembunyi di dalam karung besar selain tas koper yang berisi pakaian. 

Suasana jenuh mulai meneror mereka. Rasa lelah dan lapar mulai membuat mereka merasa stress. Ada yang tidur tiduran. Ada pula yang duduk diterasan. Adapun yang nongkrong diwarung sembari ditemani rokok dan kopi. Segelintir bermain di sungai. Sebagian menjelajah kampung. Londo dan Rondo berburu warung. Satu orang dari mereka kabur dari camp penampung.

Petugas Lapangan hilir-mudik sejak tadi. Beberapa jam menghilang, beberapa jam kemudian datang. Sedangkan para peserta berharap nasi segera datang. Petugas Lapangan sesaat muncul dengan membawa pendatang. Yang baru akan bergabung bersama kami yang kemarin sudah datang sejak petang.

Nasib terlantar di penampungan bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Bahkan ini adalah hal yang melelahkan. Dengan menahan lapar jiwa sedang merasa bosan. Melainkan kondisi dan tempat mulai tidak menyehatkan. Beberapa penyakit mulai bertebaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline