Lihat ke Halaman Asli

Ririn Anggraeni

Pekerja Biasa

Rekan Kerja yang Toxic

Diperbarui: 8 Juli 2022   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia kerja terkadang selain penuh kesibukan ternyata juga di penuhi oleh orang-orang toxic yang berada di sekeliling kita. Pernahkah teman-teman sekalian menemukan rekan kerja yang toxic atau bahkan sampai membuat teman-teman resign dari tempat kerja? 

Tentunya saya pernah bahkan saking toxicnya saya mengambil langkah mundur. Keputusan ini pure saya ambil atas keinginan saya sendiri agar tetap menjadi  waras. Meskipun langkah ini membuat saya rugi dan kehilangan posisi tapi tak apa lah yang penting saya nggak gila. Setiap hari harus mendengar orang ini bergunjing ditempat kerja, menjelek-jelekan yang satu dengan yang lainnya dimatanya nggak ada satu orang pun yang sempurna kecuali dia. Apalagi kalau melihat posisi teman yang sedikit lebih baik dari dia. Tingkahnya semakin menjadi-jadi hal sekecil apapun pasti berakhir didepan pimpinan. 

Byarrrr, keputusan saya mengejutkan semua pihak dong. Karena saya yang jarang berulah selama empat tahun di tempat kerja tiba-tiba mengundurkan diri. Pertanyaan-pertanyaan bermunculan. Ada masalah apa kok tiba-tiba? 

Saya cuma bilang kepimpinan kalau orang tua saya inginnya saya kerja didekat rumah saja. Bahkan Pimpinan dan yang lainnya mengira saya mengundurkan diri karena mau menikah.

Saya cuma minta didoakan saja. Padahal bukan itu yang sebenarnya terjadi. Saya hanya bercerita kebeberapa teman dekat saja. Memberi mereka pemahaman tentang apa yang sudah terjadi dengan saya dan si toxic ini.  Agar tidak semakin simpang siur. 

Karena saya sudah cukup lama berjuang dan mengabdi disekolah Alhamdulillah pimpinan sempat mengamanahkan kepada saya yang belum banyak pengalaman dalam dunia pendidikan ini menjadi kepala Madrasah Tsanawiyah dan menjadi kepala Madrasah Aliyah sementara setara dengan SMP/SMA. 

Membantu Mengurus izin sekolah yang sudah bertahun-tahun masih bergantung disekolah induk menjadi sekolah mandiri. Pulang pergi dengan kondisi jalanan yang masih koral dan tanah. Kadang naik pick up, kadang naik dump truck, kadang dianter mobil pimpinan. Semuanya sudah saya lewati. 

Akhirnya, izin sekolah sudah diterima saya cukup senang meskipun perjuangan saya hanya sebatas itu dan tak sampai menikmati hasil tapi setidaknya proses telah memberikan banyak pelajaran berharga dalam hidup saya. 

Saya memilih pergi dan berpamitan ketika anak-anak sedang libur sekolah. Karena takut mereka sedih dan kecewa atas keputusan saya. Nanti dikira terlalu drama kalau mau pergi ya tinggal pergi gitu. Jadi bahan gosip lagi dong. Hahaha

Teman-teman pembaca pasti orang-orang yang kuat. Cerita ini hanya sharing pengalaman saya bertemu rekan yang toxic ditempat kerja. Mungkin jika teman-teman pembaca berada di posisi ini teman-teman akan lebih kuat dibandingkan saya yang mudah patah semangat dan mudah kecewa ini. 

Mau nggak mau kita pasti bertemu dengan orang-orang toxic yang ada disekeliling kita. Begitulah namanya juga hidup, kuat ya lakoni nggak kuat yang tinggalin. Nanti akan ada waktunya menemukan pekerjaan yang lebih baik lagi. Tetap semangat dan jangan salahkan siapapun atas setiap keputusan yang kita ambil ya. 

Salam semangat dan sehat selalu

Musi Banyuasin, 08 Juli 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline