Lihat ke Halaman Asli

Rinto F. Simorangkir

Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

AHY dan Gemblengan Mental serta Teladan sang Ayah, Proyeksi Pemimpin Masa Depan

Diperbarui: 28 Mei 2019   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Kisah AHY termasuk unik. Di tengah-tengah banyak orang yang yang menyayangkan ketiba-tiba-annya masuk ke dunia politik. Pasalnya karir di dunia militer yang begitu gemilang dan sangat baik, tapi harus ditinggalkan sedemikian rupa.

Di tahun 2017 lalu akhirnya memutuskan untuk bertarung bersama dengan Ahok dan Anies sebagai cagub DKI. Tercatat pangkat terakhirnya adalah mayor dan sudah dipromosikan untuk dapatkan Letkol, karena jalur Sesco yakni penyelesaian pendidikan militer di Amerika.

AHY memang kalah waktu itu, tapi berkat teladan sang Ayah, kekalahannya bukanlah segalanya. Akhirnya memberikan selamat kepada kedua pemenang yang masuk ke tahap selanjutnya.  

SBY tentu sudah banyak makan banyak garam pengalaman kehidupan dalam masa-masa kepemimpinannya. Apalagi masa 10 tahun memimpin Indonesia itu, bukanlah suatu yang mudah untuk dilakukan. Perlu karakter yang kuat , perlu mental yang kuat supaya tidak mudah dihempaskan oleh pelbagai tekanan yang ada.

Presiden RI ke-6, yakni Bapak SBY lewat testimoninya yang baru kita dengarkan, mencatatkan hal-hal penting bagaimana perjuangan seorang SBY, Ibu Ani,  AHY serta partai Demokrat. Di dalam mengarungi tahapan demi tahapan pesta demokrasi yang baru kita lewatkan.

Sungguh terharu dan respek terhadap perjuangan beliau. Bagaimana beliau bersama-sama dengan istri menempuh ribuan km untuk bisa bertemu dengan konstituennya. Bagaimana sikap Demokrat harus memutuskan bergabung dengan koalisi Prabowo dan janjinya untuk berada di garis depan kampanyekan pasangan Prabowo-Sandi.

Tapi semuanya memang tak mudah. Karena seiring berjalan harus menerima kenyataan sang Istri, Ibu Anie Yudhoyono harus mengalami penyakit Kanker Darah. Bersama berjuang menyembuhkan penyakitnya hingga berbulan-bulan di Singapura. Sampai akhirnya seluruh perjuangan Demokrat diserahkan kepada sang Anak, menjadi Kogasma (Komandan Satuan Tugas Bersama) Demokrat untuk menuntun Demokrat bisa fighting pada pileg maupun pilpres 2019.

Maka di sinilah letak penting seorang Ayah tuntun sang anak menjadi pemimpin yang berkarakter kuat. Dimana seperti yang dilansir oleh news.detik.com (27/5/2019), SBY mengetahui pihak-pihak yang sudah mem-bully anaknya tersebut. Usai AHY memenuhi undangan Presiden Jokowi yang bahkan sampai dua kali kesempatan ada pertemuan tersebut secara khusus dilakukan.

Banyaknya bully yang datang ke anak-nya tersebut bahkan dengan kata-kata yang sadis dan  kejam, SBY  tampak tidak ingin melakukan penyerangan balik. Tapi beliau menginkan supaya pihak-pihak tersebut yang sudah melakukan bully supaya berhenti dan stop menyerang anaknya itu serta partai Demokrat. 

SBY juga meminta supaya jangan memaksakan cara-cara yang demikian ke Partai Demokrat. Sebab prinsip Partai Demokrat sendiri bukanlah prinsip memecahbelah, tapi menjunjung persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini.

Dia-pun bersyukur dengan bully tersebut adalah cara Tuhan untuk bisa membentuk karakter AHY supaya lebih kuat dan lebih matang lagi. Tentu harapannya semakin banyak masalah dan tantangan yang akan datang, hal tersebut akan membentuk AHY menjadi politikus sejati. Yang akan mampu membawa partai berlambang mercy tersebut kembali berjaya dan akhirnya bisa kembali masuk ke 3 besar partai yang patut diperhitungkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline