Lihat ke Halaman Asli

Rinaldi Panji Putra

Masih belajar untuk berbagi

WNI Sasaran Empuk Kelompok Abu Sayyaf

Diperbarui: 22 Juli 2016   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kembali agak tersentak kaget ketika mendengar ada WNI yang kembali diculik oleh kelompok militan Abu Sayyaf. Dan ini merupakan kali keempat, WNI diculik oleh militan yang bermukim dan menguasai daerah Kepulauan Sulu, Filipina.

Entah apa yang membuat WNI begitu mudah sekali untuk kembali diculik oleh Abu Sayyaf. Padahal daerah yang mereka lewati juga sering dilalui oleh banyak negara, serta tidak hanya dilalui oleh WNI saja. Karena Laut China Selatan, khususnya wilayah perairan Asia Tenggara termasuk jalur laut tersibuk di dunia, sekaligus menjadikannya jalur laut dengan tindak kriminal paling tinggi di dunia.

Apakah Militan Abu Sayyaf sudah “kecanduan” menculik WNI? Sehingga mereka berpikir untuk kembali menculik WNI sampai-sampai juga menaikkan harga tebusan hingga empat kali lipat untuk tebusan penculikan yang keempat.

Kenapa WNI kembali diculik?

Pemerintah pun dituntut untuk memutar otak lebih keras lagi agar WNI tidak kembali diculik oleh Abu Sayyaf. Dan akhirnya, opsi untuk tidak membayar tebusan pun diputuskan. Karena penyebab yang pertama kenapa WNI “renyah” untuk diculik Abu Syyaf adalah dengan membayar tebusan, membayar tebusan merupakan salah satu hal yang menyebabkan WNI harus kembali berurusan dengan kelompok Abu Sayyaf.

Pemerintah mengaku sama sekali tidak pernah membayar tebusan untuk kelompok militan manapun yang menculik WNI, termasuk pada kasus penculikan oleh Abu Sayyaf. Pemerintah pun menuduh pihak perusahaan tempat WNI bekerja yang membayar tebusan tersebut kepada Abu Sayyaf.

Tidak terpusatnya komunikasi dengan Abu Sayyaf, merupakan akar masalah yang kedua sehingga menyebabkan perusahaan memiliki keputusan yang berbeda dengan Pemerintah, yakni dengan membayarkan tebusan. Pemerintah ngotot tidak akan membayar, namun lain halnya dengan Perusahaan yang menginginkan agar para pekerja mereka cepat terbebas dari penculikan dan dapat kembali bekerja.

Kini, alur komunikasi terpusat dibawah komando Menko Polhukam, Luhut Binsar Pandjaitan. Sehingga setiap saran dan masukan akan ditampung terlebih dahulu agar keputusan mengenai pembebasan WNI menjadi keputusan yang tepat dan tidak berpotensi menyebabkan WNI kembali diculik oleh Kelompok Abu Sayyaf.

Masalah yang ketiga, tidak adanya konvensi atau aturan khusus mengenai keamanan di Laut China Selatan. Pertemuan trilateral antara Indonesia, Malaysia dan Filipina yang diadakan pada Kamis, 05 Mei 2016 di Gedung Agung, Yogyakarta. Nyatanya belum menghasilkan suatu rumusan yang jelas mengenai aturan keamanan laut, khususnya jalur laut pada wilayah tiga negara.

Hingga saat ini, belum ada informasi lebih lanjut mengenai SOP dan aturan khusus mengenai keamanan laut tiga negara. Jangan sampai pada akhirnya, kita mendengar dan menyaksikan bahwa ada WNI yang kembali diculik oleh Abu Sayyaf. Sungguh memilukan…

Bandung, 16 Juli 2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline