Lihat ke Halaman Asli

Rina piliang

Pena adalah tempat ku berkarya membuat kata menjadi bertalenta mengubah puisi menjadi imajinasi

Biarlah Tiap Tetes Air Mataku Menjadi Doa

Diperbarui: 15 Mei 2019   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Inilah rilisan penantian kami yg telah terhempas dusta
Ketika penantian hanyalah kerudung pelampiasan belaka
Ketika kesetiaan hancur ditelan harta

Kenapa kau mencari ku jika hanya menaruh duri,kenapa kau tak bilang jika aku hanya pelampiasan mu
Tak ku sangka janji mu hanyalah kiasan untuk
Achhh....km pasti bangga akhirnya km bisa membuat ku terluka,
Kamu pasti tertawa membahana jika akhirnya aku kau dusta
Hebat permainan mu sungguh rapi hingga ku tak menyadari bahwa kau peran utama dalam sebuah drama sang pendusta cinta...

KETIKA CINTA BERMADAH DUSTA

Kerling nada mengema terlelap irama padam tak bersua
Lalang mejulang duka jerit lafas menggerang luka

Bermadah sunyi lantunan kidung-kidung elegi
Bersyair menari aksara ratap di antara tarian-tarian jemari
Memeluk erat pinggiran beku kedukaan
Di antara sisa-sisa nafas kelukaan

Rentang kasih terkulai di tepian
Terhempas gemuruh badai tinggalkan selarik impian
Ku pandang keluh tentang suratan yg tergenggam
Ketika awan mulai lelah terberai merebah malam
Saat rembulan mulai tertutup kabut legam
Sosok raga sang penyair kejora rebah terkulai di pelukan kelam

Ku pun bertanya...
Di manakah perasaan mu...?
Saat kau ucap kata LUPAKAN AKU..!
Di mana letak mata hati mu...
Saat bibir indah mu dengan lantang mengucap SELAMAT TINGGAL....!

Dan di mana perasaan mu..
Ketika penantian yg ku pertahankan dengan diam-diam kau mengikat cinta yg lain....

Sungguh kau bukanlah manausia..
Geliat jarak menjejak penat
Hancur lelap menjerat safaf
Dasar kau latnat

Air yg telah ku suguhkan dengan keringat kesetian akhirnya kau tumpahkan
Cinta yg telah mendarah daging akhirnya kau sisihkan lalu kau buang dipinggir jalan
Inikah cara mu membalas penantian yg selama ini ku pertahankan..

Maafkan ku yang memang redup
tak pantas mengharap kemuliaan seorang bidadari seperti mu
Memang di luar sana banyak pujangga yang sanggup menuliskan ribuan sajak untuk mu
Di luar sana banyak saudagar yang sanggup mempersembahkan villa mewah untuk mu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline