Lihat ke Halaman Asli

Riki Tsan

Dokter Spesialis Mata

Pengorbanan dan Keikhlasan Pasien Katarak

Diperbarui: 24 Desember 2019   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ini sebuah kisah nyata. 

Beberapa bulan  yang lalu, seorang ibu berusia 60an tahun masuk ke ruang praktekku di sebuah  rumah sakit di Jakarta Utara.
Wajahnya terlihat murung seakan akan menyimpan kesedihan yang amat mendalam. Usai melakukan pemeriksaan, aku mengajaknya berbincang bincang didampingi menantunya.

'Ibu....., kataku, 'Kedua mata ibu menderita penyakit katarak. Mata kiri ibu hanya bisa melihat dalam jarak satu meter. Mata kanan lebih berat, hampir tidak bisa melihat lagi'

Wajah si ibu terlihat muram, 'Lalu, bagaimana selanjutnya ya, dok ?', tanyanya memelas.

Aku menjawabnya dengan sangat hati hati. 'Mohon ma'af,ibu. Tidak ada jalan lain,........ ibu harus dioperasi !', kataku.

Dia terdiam. Agak lama.
Dari pelupuk matanya mulai mengalir butir butir air mata yang menetes membasahi pipinya yang keriput.

Dia berkata :

'Dok....., Bukannya saya tidak mau dioperasi..........tetapi, saat ini saya sedang merawat suami saya yang  menderita penyakit stroke sejak setahun yang lalu. Di rumah, saya tinggal hanya berdua dengan suami. Anak anak sudah berkeluarga dan berpisah dari kami. Masing masing punya kesibukannya sendiri sendiri, dok'

Dia lalu melanjutkan, 'Tubuh suami saya sudah lumpuh total, dok.  Sayalah yang mengurus semua keperluan dan kebutuhan hidupnya sehari hari, dok. Mulai dari memandikannya, membersihkan kotorannya waktu dia buang air besar, mengganti pakaian dalamnya, menyuapkan makanan ke mulutnya dan mengangkatnya ke kursi roda atau ke tempat tidur ketika dia mau beristirahat. Tetapi, saya ikhlas seikhlas ikhlasnya dok..... karena cinta saya kepada suami saya'

Si ibu mulai terisak isak menangis. 'Jika saya operasi nanti, siapa yang akan mengurus suami saya ? . Saya gak tega membiarkan suami saya terlantar,dok'

Suaranya seakan akan tersekat di tenggorokan. 'Gak apa apa kalau saya belum bisa melihat lagi.......asal saya masih bisa mengurus dan merawat suami saya, dok', katanya.
--
Maha Suci Tuhan.....aku terpana  dan amat terharu  mendengar ucapan si ibu.......Apakah ini yang disebut dengan pengorbanan yang tulus ikhlas itu.... ?!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline