Moment Of Transition
Aku menuliskan cerita ini dalam buku harianku, di dalam kereta Sembrani. Kereta yang akan membawaku ke ladang pengabdian baru.
Probolinggo.
Istriku Ida dan putriku Adel mengantarku ke Stasiun Tawang.
Aku peluk Adel. Aku dekap erat. Air matanya menetes. Sejenak kemudian Adel memeluk ibunya. Adel menangis. Mata Ida berkaca kaca.
Tepat pukul 15.15 aku tinggalkan belahan jiwaku. Aku tinggalkan buah hatiku.
Ku tengok ke belakang menatap lagi wajah Adel dan Ida, sembari terus melangkahkan kaki.
Aku bergumam dalam hati," Berkat merekalah aku tetap harus berjuang ".
Aku lambaikan tanganku. Sejenak kemudian aku kepalkan tanganku.
Aku melempar senyum semangatku. Sedikit cepat jalanku, mengikuti porter yang menyeret koperku.