Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Donor Plasma Konvalesen: Empat Kemungkinan yang Terjadi

Diperbarui: 12 Juli 2021   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Plasma donor | Foto: kompas

Sebulan belakangan ini, pembicaraan di whatsapps dihilirmudiki dengan pencarian donor plasma konvalesen. Awalnya sih sebagai pembaca yang tidak terlibat langsung, saya bingung. Tetapi setelah setidaknya bersentuhan dengan urusan itu, ternyata ada perjuangan untuk mendapatkannya. Dan didapati empat kemungkinan yang terjadi.

1. Pengalaman langsung ketika Kakak Ipar membutuhkan plasma darah. Karena kebetulan anak saya adalah survivor covid, usia 20an, dan golongan darahnya sama, maka dia siap mendonorkan (plasma) darahnya untuk uwaknya. Pergilah kita ke PMI yang punya konektivitas dengan rumah sakit tempat uwaknya dirawat, di kota berbeda. 

Sayang seribu sayang. Hasil pemeriksaan petugas PMI, nadi anak saya terlalu kecil dan berbahaya untuk menjadi donor. Alhasil, niat anak saya menjadi donor menolong uwaknya pun gagal. Dan qadarullah, beberapa hari kemudian pun tidak mendapatkan donor. Dan di hari itu, saat di rumah sakit tersedia plasma untuk uwak, plasma yang harusnya dipakai untuk pasien lain yang keburu meninggal, akhirnya kakak ipar pun menghadap Ilahi.

2. Pengalaman langsung sahabat dekat, mencari donor untuk ayahnya yang dirawat covid di ICU. Melalui penyebaran permintaan bantuan donor plasma lewat grup whatsaap, dan tidak begitu saja menerima informasi yang membanjir berkaitan dengan nomor telepon hotline dll, akhirnya dia mendapatkan calon donor. Janjian bertemu di kantor PMI yang terhubung dengan rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Alhamdulillah, pemeriksaan lancar dan darah pun bisa diambil. 

Tapi, ternyata darah itu pun tidak bisa langsung dikirim ke rumah sakit, tetapi harus diproses dulu sekitar sejam. Iya. Sepertinya waktu itu dibutuhkan untuk proses memisahkan plasama darahnya. Lalu, setelah itu kemudian dikirim ke rumah sakit. Dan ternyata plasma itu pun tidak bisa langsung ditransfusikan kepada pasien. 

Tetapi harus menunggu 24 jam katanya. Termasuk dalam jangka waktu itu adalah untuk observasi apakah plasma darah itu cocok dengan kondisi pasien. Dan qodarullah juga, Allah lebih menyayangi ayah sahabat itu dengan memanggilnya terlebih dahulu, beberapa jam sebelum waktu transfusi.

3. Ini juga pengalaman langsung sahabat lainnya ketika kakaknya membutuhkan plasma darah. Singkat kata beliau mendapatkan donor yang tepat. Waktunya pun pas. Transfusinya berhasil. Dan alhamdulillah kakaknta bisa keluar dari ICU dan kembali ke ruang perawatan. Namun, qodarullah beberapa hari kemudian beliau wafat.

4. Dan kemungkinan keempat, yang bisa jadi justru yang umum ditemukan adalah semua proses berjalan lancar, tepat waktu, tepat guna sehingga pasien-pasien pun berhasil sembuh dengan menerima donor plasma. Alhamdulillah.

Meski saya belum tahu apakah transfusi plasma konvalesen adalah sebuah prosedur baku atau standar yang memang disetujui IDI, seperti juga pemakaian obat ivermectin, namun saya melihat bahwa itu adalah salah satu usaha sebagai seorang manusia. 

Sebagai sebuah ikhtiar, tentunya hasilnya tifaklah seragam. Banyak faktor-faktor individu yang memegang peranan, sehingga hasil di pasien yang satu berbeda atau bahkan sangat berbeda dengan pasien yang lain. 

Namun hasil yang pasti untuk semuanya adalah adanya adanya ketentuan Allah. Apapun yang terjadi, itu adalah jalan yang terbaik. Mungkin itu dirasakan bukan jalan terbaik menurut manusia fana ini, tetapi yakinlah itu adalah jalan terbaik menurut Allah, Sang Khalik, Pencipta kita. Tidak mungkin yang diciptakan akan lebih tahu dibanding yang menciptakan, bukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline