Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Diet Kantong Plastik (Sementara Ini) Berhasil (edisi AADC)

Diperbarui: 28 April 2016   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AADC | Foto: twitter.com

"Lihat tanda-tanda itu. Jurang antara kebodohan dan keinginanku,

memilikimu sekali lagi...”

Sepertinya polemik atau debat kantong kresek 200 rupiah sebagai sebuah bentuk kezaliman penguasa sudah mulai meredup. Sekarang, mari kita coba sedikit lakukan pengamatan amatir tentang diet kantong plastik ini. Apakah 'pemaksaan' beli kantong kresek 200 rupiah ini efektif mengurangi penggunaan plastik?

Mari kita coba melakukan pengamatan amatir saat pagi selalu menawarkan cerita yang baru...di supermarket. Untuk semua pertanyaan yang belum terjawab itu.

Ada Aqua?

Ketika Cinta menerima kenyataan bahwa yang ditegurnya bukan Rangga, begitulah juga kenyataan ketika seorang konsumen “ditegur” sang kasir pria atau wanita: “mau pakai kantong plastik?”. Jika Cinta menjawab “Ada Aqua?”, maka si konsumen berkata “Ada dus Aqua?”

Kardus, bekas Aqua atau bukan, sekarang cukup sering disebut konsumen. Sebelum kebijakan diet plastik dilakukan, konsumen yang meminta barangnya dimasukan ke kardus sangatlah sedikit. Hanya mereka yang sedang menerapkan perilaku hidup yang hijau yang biasanya melakukannya. Bisa jadi pemakaian kardus sebagai pengganti plastik agak tidak praktis. Ya, karena kardus harus 'digendong', bukan ditenteng. Belum lagi kenyataan meminta kardus akan “mengkorupsi” waktu kasir di depan mesin hitung, karena harus mengambil kardus yang biasanya tidak tersedia di konter. Belum lagi waktu tambahan memplester kardusnya. Ini juga belum mempertimbangkan efek psikologis lainnya: cemberutnya atau berdecak kesalnya konsumen di belakang kita.

Tetapi sebuah angka yang sejatinya sangat kecil - 200 rupiah - ampuh mengubah hal itu.  Beberapa konsumen langsung menjawab 'pake kardus aja mbak'. Jadilah si mbak kasir cukup pontang-panting mengambil kardus. Tidak apa-apalah. Itulah usaha yang harus dibayar untuk harga itu kan?

Bila emosi mengalahkan logika, bener 'kan banyakan ruginya

Ealah. Entahlah Cinta ataukah Rangga yang suka emosian, tapi dua jenis makhluk itu juga yang terkadang emosian di supermarket. Kala sang kasir berkata secara manis “kalo pakai kantong plastik bayar 200”, baik konsumen pria atau wanita ada saja yang naek emosinya. Ada apa dengan mereka?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline