Lihat ke Halaman Asli

Ridho Putranto

Pembelajar

HMI Menjawab Tantangan Sumber Daya Manusia di Era Civil Society 5.0

Diperbarui: 14 Desember 2022   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seiring dengan berjalannya waktu, perubahan dari zaman adalah sesuatu yang tak bisa kita elakkan. Herbert Spencer, seorang sosiolog asal Inggris berpendapat bahwa struktur sosial masyarakat selalu berkembang yang kita kenal sebagai dinamika sosial yang terjadi. Fenomena tersebut bukanlah sesuatu yang baru karena begitu banyak sudah tempat yang telah mengalami proses akibat adanya perubahan sosial yang terjadi. Dinamika yang terjadi mengharuskan perubahan pada setiap individu maupun pada skala kelompok seperti masyarakat untuk beradaptasi dengan kemajuan zaman yang terjadi.

Saat ini, manusia telah masuk pada sebuah masa yang disebut dengan istilah "Civil Society 5.0". Civil Society 5.0 diartikan sebagai suatu era dimana  manusia dapat mampu untuk mengembangkan teknologi informasi yang berkembang pasca revolusi industri 4.0 yang lebih berorientasi pada perkembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, teknologi virtual seperti pengembangan metaverse, dan lain sebagainya.

Kemajuan ilmu pengetahuan dari perkembangan Civil Society 5.0 yang begitu pesatnya mampu memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan sosial masyarakat. Tidak terkecuali ekses negatif yang ditimbulkan seperti misalnya degradasi kultur intelektual, dekadensi atau terkikisnya nilai moral dan masih banyak hal lainnya sebagai akibat dari perkembangan teknologi di era saat ini yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial budaya di tengah masyarakat. Maka dari itu, dalam menjawab berbagai tantangan di era Civil Society 5.0 ini, diperlukan berbagai upaya agar bagaimana mampu untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman di era ini.

Salah satunya adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan unsur yang paling berkaitan dengan eskalasi di zaman Civil Society 5.0. Sumber daya manusia (SDM) sendiri berhubungan erat dengan kapabilitas di dalam diri seorang individu sehingga kualitas SDM ini merupakan kunci utama dalam menghadirkan solusi dalam menjawab tantangan di era milenial. 

Menurut Kemenko PMK (2020), Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia adalah bagian dari proses dan tujuan dalam pembangunan nasional Indonesia. Oleh karena itu, pikiran-pikiran pembangunan yang berkembang di Indonesia dewasa ini sangat dipengaruhi oleh kesadaran yang makin kuat akan tidak terhindarnya keikutsertaan bangsa Indonesia dalam proses global yang sedang berlangsung itu.

Kontinuitas dari zaman akibat betapa kompleksnya pengaruh dari globalisasi menuntut setiap orang yang hidup di masa ini harus bisa menyelaraskan diri mereka pada dinamika transformasi yang terjadi di tengah kehidupan sosial bermasyarakat. Oleh sebabnya, pengembangan SDM merupakan salah satu hal yang cukup urgen dalam pembangunan bangsa ini serta bagaimana aspek SDM ini mampu menjawab tantangan di era civil society 5.0 yang kita rasakan seperti saat ini. 

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi Islam terbesar dan tertua di dunia yang berdiri sejak 5 Februari 1947 yang telah hampir 76 tahun sudah organisasi ini eksis di bumi nusantara sebagai wahana pembentukan sekaligus pengembangan kaum muda intelegensia yang dilandasi dengan spirit keislaman dan keindonesiaan. Banyak sudah tokoh-tokoh yang lahir dari himpunan ini yang sumbangsihnya begitu besar bagi perjalanan sejarah bangsa ini sehingga, tak dapat dipungkiri bahwa HMI mampu untuk menorehkan tinta emas bagi peradaban Indonesia.

Intelektual yang bernafaskan nilai-nilai keislaman dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifatullah fil ard merupakan misi HMI sehingga mampu untuk bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Cita-cita mulia HMI ini tidak dapat tercapai apabila tidak memiliki kompetensi sumber daya manusia yang unggul baik itu dari segi kuantitas maupun kualitas. Maka dari itu, HMI sebagai kawah candradimuka mahasiswa harus sanggup untuk melahirkan insan-insan cendekia yang dapat bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat luas.

HMI senantiasa berikhtiar untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki oleh kader-kadernya dengan pola perkaderan yang tersusun secara berjenjang dan sistematis sehingga dapat menghasilkan kualitas individual yang mampu untuk memberikan dampak positif yang signifikan. Perkaderan sendiri merupakan denyut jantung dari HMI karena output kader yang berkualitas secara intelektual dan moral terbentuk dari proses kaderisasi itu sendiri.

Dalam mengawal proses kaderisasi, diperlukan banyak unsur yang berkontribusi baik itu dari internal HMI itu sendiri maupun dari pihak eksternal. Semua itu saling berkolaborasi dalam satu wadah sebagai suatu usaha nyata dalam mencetak manusia-manusia yang unggul dan bisa turut andil dalam mewujudkan cita-cita HMI yakni terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Pola pembinaan yang dilaksanakan HMI bukan saja hanya selama perkaderan dalam bentuk training formal maupun informal namun juga setelah dari proses kaderisasi itu sendiri yang merupakan upaya dari HMI untuk menjaga kualitas dan memastikan bahwa pembangunan sumber daya manusia di tubuh HMI berjalan dengan berkesinambungan dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline