Lihat ke Halaman Asli

Ridha Afzal

TERVERIFIKASI

Occupational Health Nurse

Menghadapi Ketidakpastian

Diperbarui: 16 Oktober 2021   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Personal Collection

Selama hampir dua tahun terakhir ini dunia dihadapkan pada sebuah kenyataan yang nyaris tidak pernah diperhitungkan sebelumnya. Hadirnya virus yang bernama Corona yang lebih dikenal sebagai Covid-19 ini telah melumpuhkan semua sendi kehidupan. Dari segi ekonomi, politik, budaya, social, kesehatan, pendidikan hingga profesi, tidak ada yang mampu menghindar dari dampak negative virus yang dipercaya berasal dari Wuhan, China ini. 

Semua orang banyak belajar tentang makna sebuah kebijakan dalam hidup. Kebijakan dalam menghadapi ketidakpastian, hanya karena virus. Setidaknya, saya telah dan sedang mengalaminya.

Saat masih kuliah dulu, periode 2012-2016, masa di mana impian ideal nampak seperti realita yang mudah diraih, kini tiada karena dampak Corona. Kunci menggapai cita yang bernama strategi yang telah saya coba raih dengan melalui berbagai pelatihan, seminar, workshop serta berbagai macam agenda temu ilmiah, musnah meski tidak sepenuhnya. 

Bahkan jumlah network atau pertemanan di medsos saya coba untuk menggelembungkannya hingga mencapai hampir 5000 orang di Facebook, dengan harapan bisa mempermulus jalannya cita-cita, jadi buyar. Lebih dari seribu teman di WhatsApp, serta ratusan di Instagram, tidak lagi bertaring tajam. Tidak cukup sampai di situ. 

Saya coba meniru pula apa yang oleh orang-orang disebut sebagai Youtuber pernah saya lakoni. Bukan untuk meraih ketenaran, akan tetapi trend memang tidak bisa dibendung. Wabah yang bernama media social ini gaungnya melebihi merebaknya Covid-19, mempengaruhi gaya hidup saya. Saya pun ikut terpapar oleh virusnya media sosial.

Meski Corona merebak, rencana tetap harus berjalan walaupun tidak lagi maksimal. Rencana demi rencana saya gagas sebagai Plan A,B,C dan D. Dari merintis tahap awal berupa penguatan fondasi profesi saya lakukan. Sebelum wisuda, saya sudah bekerja di sebuah klinik milik yayasan pendidikan Islam. 

Hampir dua tahun saya jalani. Saya lakoni dengan penuh dedikasi karena langkah ini saya yakini sebagai bagian dari proses penajaman profesi. Sambil kuliah saya lakoni hingga wisuda.

Kemudian saya berangkat ke Jawa, karena itulah rencana dari awal sejak di bangku kuliah. Saya ingin beda dari kebanyakan teman-teman yang hanya bersandar pada zona nyaman (Comfort Zone). Sementara teman-teman di Aceh menyebar di provinsi yang sama, saya satu-satunya yang berani ke luar dari provinsi di bagian paling barat negeri ini.

Berangkat ke Jawa, tidaklah mudah. Bukan hanya urusan perut yang dipikirkan. Akan tetapi bagaimana akan bisa tetap fokus ada tujuan utama, yakni saya ingin bekerja di luar negeri. Pelatihan demi pelatihan  saya jalani. Bukan hanya kocek dari dompet yang belum pernah tebal saja yang harus saya keluarkan. 

Tenaga, fikiran, waktu tidak kalah pentingnya. Selama dua tahun lebih saya di Malang, saya belajar Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman. Dari satu tutor ke tutor lain. Hingga mondok sebulan di Pare Kediri, di Kampung Inggris tidak saya lewatkan. Padahal, urusan perut harus difikirkan juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline