Lihat ke Halaman Asli

Ribut Achwandi

TERVERIFIKASI

Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Bangsa yang Kehilangan Sejarah (Bagian 03)

Diperbarui: 9 Agustus 2022   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

K.R.T. Manu J. Widyasaputra (filolog Sanskerta & Jawa Kuna) sumber foto: tangkapan layar YouTube Kanal caknun.com

Saya yakin, banyak orang menilai bahwa Ken Arok adalah seorang penjahat yang memberontak kepada raja. Keyakinan ini saya dapatkan dari kisah-kisah yang selama ini dibaca oleh banyak orang. Ken Arok, mula-mula digambarkan sebagai seorang perampok yang tak jelas asal-usulnya.

Lalu, bergabung ke dalam kerajaan yang dipimpin Tunggul Ametung menjadi seorang prajurit. Ia terpesona oleh kecantikan Ken Dedes, istri sang raja. 

Kemudian, bersiasat licik untuk membunuh sang raja agar ia bisa memperistri Ken Dedes dan naik tahta sebagai raja. Mulus siasat yang dijalankannya dengan mengorbankan Mpu Gandring dan Kebo Ijo. Ia berhasil membuat Tunggul Ametung terbunuh dan menaiki tahta.

Begitulah, lebih kurang kisah tentang Ken Arok. Kerap didengungkan, bahkan tak jarang dipanggungkan dalam seni pertunjukan. Wajar jika pandangan masyarakat pun demikian. Menilai Ken Arok sebagai penjahat kelas kakap.

Pun pada sosok Pramoedya Ananta Toer. Lewat roman karyanya, Arok Dedes, Pram menampilkan Ken Arok sebagai sosok politik yang begitu piawai memainkan peran politiknya dengan segala macam keculasan. Ken Arok digambarkan sebagai sosok yang haus akan kekuasaan, hingga rela menumpahkan darah demi merebut kekuasaan dari tangan Tunggul Ametung.

Fix! Ken Arok adalah seorang bajingan. Begitulah, pada akhirnya simpulan kebanyakan orang. Bagaimana dengan Anda?

Sebelum saya lanjutkan tulisan ini, mohon izin saya seruput kopi saya terlebih dahulu. Saya tak ingin membiarkan kopi saya dingin. Rasanya kurang mantap jika kopi tubruk saya dingin. Ah!

Kalau boleh saya menduga, mungkin Anda termasuk orang yang memiliki pandangan yang sama dengan kebanyakan orang. Tidak masalah. Dan, boleh-boleh saja. Sebab, memang tidak ada larangan untuk urusan itu. Sangat bisa dimaklumi pula.

Tetapi, bagaimana jika ada sebuah tawaran yang berbeda dari pandangan Anda? Apakah Anda akan segera menolaknya, kemudian mengatakan bahwa pandangan itu keliru? Atau Anda akan menerimanya begitu saja? Atau malah Anda akan merasa diperkaya dengan keragaman cara pandang? Tentu, Anda yang bisa menjawabnya.

Sementara, saya akan berupaya menyodorkan kepada Anda pandangan yang barangkali tidak banyak orang yang menyepakati. Bagi saya, pandangan ini tidak kalah pentingnya dengan apa-apa yang kadung diamini. Sekurang-kurangnya, untuk menambah bekal pengetahuan dan memperluas wawasan Anda dan saya; kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline