Smartphone berbunyi berkali-kali. Saya baru saja akan berangkat. Agak buru-buru. Khawatir tidak akan bisa melihat untuk yang terakhir kalinya.
"Mbak, sudah mau berangkat? Nggak usah. Jangan. Jenazah tidak dibawa ke rumah. Langsung ke TPU Pondok Ranggon. Dimakamkan sesuai dengan protokol covid," suara adikku terdengar.
Hati seketika mencelos. Terkejut dan tidak menyangka. Saat diberi tahu kabar duka ini, ibu tak kuasa menangis.
Baru pekan sebelumnya, ibu saling berkabar melalui smartphone. Ironisnya, salah satu pokok bahasannya adalah mengenai COVID-19.
"Tenang aja, bude. Yang penting selalu jaga kesehatan. Cuci tangan, pakai masker kalau keluar. Sering minum air hangat, " kata om Salam, kala itu.
Namun siapa sangka, minggu berikutnya, hanya butuh tiga malam perawatan di rumah sakit lalu meninggal dunia.
Laki-laki usia produktif yang masih pergi bekerja ke kantornya di Jakarta, selama masa pandemi itu, akhirnya 'kena juga'. Rasa sesak napas hebat membawanya.
Kehilangan, tak perlu ditanya. Apalagi, selama ini om Salam, termasuk jajaran orang yang perhatian pada keluarga kami.
Kepergiannya yang tak diduga, membuat anak-anaknya yang masih menempuh sekolah menengah, harus menjadi yatim.
Pergi dalam sunyi. Dimakamkan tanpa keramaian. Tak ada kesempatan melihat untuk terakhir kalinya. Doa dikirimkan dari jarak jauh.
Satu Juta Kasus Covid-19
Selasa, 26 Januari 2021, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia, mencapai 1 juta orang.