Lihat ke Halaman Asli

riap windhu

TERVERIFIKASI

Perempuan yang suka membaca dan menulis

Mengenal Peran Mikroorganisme Alami untuk Pengelolaan Air Bersih di IPA PALYJA Cilandak

Diperbarui: 14 Desember 2016   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali Krukut merupakan sumber air baku untuk pengolahan air di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak. Airnya mengandung polutan tinggi, seperti amonium, deterjen, dan mangan sehingga PALYJA menggunakan inovasi teknologi MBBR (dokpri)

Bau menyengat dan busuk tercium dari berbagai jenis sampah yang menumpuk di bak penampungan sampah, yang terletak di dekat Kali Krukut dalam Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak, PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) Jakarta. Tak jauh dari bak sampah, air sungai Kali Krukut berwarna cokelat pekat tampak mengalir.

“Setiap harinya petugas kami mengangkut sekitar 6 M3 sampah. Sekarang, apa saja yang ada kami angkut, mulai dari kasur, matras, hingga bangkai binatang,” kata Rizky Darmadi Galuh,Kepala IPA Cilandak, saat visit Kompasiana ke IPA Cilandak, 7 Desember 2016.

Tumpukan sampah yang diambil dari Kali Krukut mendapai 8-16 ton sehari. Mayoritas berasal dari limbah rumah tangga (dokpri)

Air sungai penuh sampah merupakan rutinitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh petugas IPA Cilandak. Jumlah sampah semakin meningkat dengan jenis sampah juga semakin beragam. Rata-rata 6-8 ton sampah setiap harinya harus diangkut. Semakin hari kualitas air Kali Krukut semakin buruk.

Kali krukut mengandung kadar polutan yang tinggi. Kadar amonium, deterjen,dan  mangan yang sebagian besar bersumber dari limbah rumah tangga. Padahal, air Kali Krukut merupakan air baku yang digunakan untuk IPA PALYJA . Sumber air yang diolah menjadi air bersih untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Jakarta.

Melihat sampah yang menumpuk dan bau busuk yang menyengat, rasa miris timbul di hati. Dari Kali Krukut yang mengandung polutan tinggi itulah, warga Jakarta menggunakannya  untuk keperluan hidup sehari-hari. Bahkan untuk air minum ! Namun tak perlu khawatir, air Kali Krukut telah diolah sehingga layak untuk diminum.

Air baku dari Kali Krukut dialirkan melalui intake untuk dilakukan pengolahan air di IPA Cilandak (dokpri)

Membuat Air Berpolutan Layak Minum

Memang Jakarta memiliki 13 sungai. Namun, hanya dua sungai yang dapat digunakan sebagai sebagai air baku, yaitu Kali Krukut (4 %) dan Sungai Cengkareng Drain (1,7%). Sumber air baku wilayah Jakarta lainnya sebanyak  94,3 % berasal dari luar Jakarta, yakni Waduk Jatiluhur (62,5%), IPA Serpong (3,1%) dan Cikokol (0,8).

Meski menjadi sumber bahan baku untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak,  Kali Krukut tercemar polutan. PALYJA mengupayakan sebuah investasi dan inovasi teknologi, yakni memanfaatkan bakteri alami dalam proses pengolahan air minum.

Penerapan teknologi dilakukan di dua dari empat IPA, yakni IPA Taman Kota dan IPA Cilandak. Bila IPA Taman Kota menerapkan teknologi Biofiltasi, IPA Cilandak menggunakan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).

Merytha Maryanie, Kepala Corporate Communication & Social Responsibilities PALYJA memberikan penjelasan mengenai PALYJA (dokpri)

Untuk mengetahui teknologi MBBR  dan seperti apa peran bakteri alami dalam proses pengolahan air minum itulah dilakukan kunjungan ke IPA PALYJA. Kunjungan ini merupakan rangkaian terakhir setelah dua kunjungan sebelumnya, yakni  IPA Pejompongan dan IPA Taman Kota.

Sebelum ke  IPA Cilandak, sebanyak 20 kompasianer memperoleh penjelasan mengenai PALYJA  dari Meyritha Maryanie, Kepala Corporate Communication & Social Responsibilities PALYJA. Selain juga diberikan pemaparan mengenai teknologi MBBR dari  Emma Nedi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline