Lihat ke Halaman Asli

Riana Dewie

TERVERIFIKASI

Content Creator

Meneropong Kearifan Lokal Candi Borobudur

Diperbarui: 24 Agustus 2017   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Borobudur Dikunjungi banyak wisatawan pada 6 Agustus 2017 (Dok.Pri)

Berdomisili di kota Jogja memang menyenangkan. Selain menjadi kota pendidikan, saya seakan dimanjakan pula oleh banyak destinasi wisata yang menarik. 

Satu hal yang membuat saya bangga akan wisata di Jogja dan sekitarnya adalah nilai sejarahnya yang tinggi serta unsur budaya yang tak pernah ketinggalan. Nah, ada satu cagar budaya yang mengagumkan, menjadi simbol sejarah yang berkembang di Jawa Tengah serta sempat diakui sebagai satu keajaiban dunia. Siapa dia? Inilah candi Borobudur.

Pada abad ke-8 hingga 9 Masehi, peninggalan sejarah yang dinobatkan sebagai candi Budha terbesar ini dibangun dalam rupa yang sangat sederhana, yaitu batu-batu yang disusun jadi satu, tanpa semen maupun beton. Batu-batu ini awalnya dibangun dalam tiga bagian utama, yaitu model bangunan piramida dengan teras datar, stupa dengan penutup yang terdiri dari tiga platform sirkular serta bagian puncaknya stupa monumental. 

Seiring perkembangan waktu, pada abad ke-10, eksistensi candi memudar lantaran berselimut abu vulkanik akibat erupsi merapi. Tak tersentuh tangan manusia, area candi ditumbuhi tanaman liar hingga jadilah hutan karena saking suburnya.

Jika ditanya, siapa orang pertama yang memunculkan kembali cagar budaya ini ke permukaan? Mari berterimakasih kepada Sir Thomas Stanford Raffles, dunia mengenal Borobudur karenanya. Berkat kegigihannya, ia mencoba menggali 'aset' alam semesta ini dengan mengerahkan sekitar 200 orang untuk menggunduli hutan serta menggali tanah yang telah menutup candi ini, sekadar mengulang kejayaan masa lalu. 

Dengan luas 15.129 m2 serta memiliki dinding yang dihiasi dengan relief-relief unik, candi ini seakan ingin bercerita tentang rangkaian peristiwa di masa lalu.

Setiap relief di batu candi selalu menyimpan cerita sejarah (Dok.Pri)

Setiap relief di batu candi selalu menyimpan cerita sejarah (Dok.Pri)

Histori Gelar yang Disematkan untuk Borobudur

Saat sekolah dulu, saya sering membaca di buku pelajaran tentang candi Borobudur, dimana ia adalah satu dari tujuh keajaiban dunia. Merasa bangga? Tentu saja, Indonesia kan kaya wisata, ada yang pecah telur satu untuk dilirik masyarakat internasional tentu merupakan prestasi luar biasa. 

Namun sungguh menyedihkan, di tahun 2007 lalu tersiar kabar bahwa Borobudur tak lagi masuk dalam 7 keajaiban dunia karena banyak batu-batu yang rusak dan harus direkonstruksi oleh para ahli perawat candi sehingga dianggap tak original lagi.

Setahu saya, salah satu cara melestarikan candi memang harus dilakukan perawatan. Proses ini pun ternyata tak mudah, apalagi mengingat area candi yang begitu luas. Saat kemarin sempatkan waktu untuk berkunjung ke salah satu wisata dunia ini, saya coba menggali informasi dari beberapa narasumber. 

Candi Borobudur ini ternyata dikelola oleh dua instansi. Pertama, bagian taman bawah dikelola oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur sedangkan pada bagian candinya dikelola oleh Balai Konservasi Borobudur. Tentu, mereka berkolaborasi agar Borobudur semakin dikenal masyarakat, baik dalam maupun luar negeri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline