Lihat ke Halaman Asli

Reyne Raea

Blogger Influencer Surabaya

Lion Air, Dihujat tapi Dibutuhkan

Diperbarui: 30 Oktober 2018   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Duka kembali menyelimuti ibu pertiwi, ketika ratusan orang jadi korban dari jatuhnya pesawat Lion Air JT610.

Khalayak kembali geram,  mengutuk maskapai yang sering disebut maskapai paling delay tersebut. 

Bukan sekali dua kali,  Lion Air muncul di permukaan karena tragedi,  bahkan lebih banyak tragedi dan dramanya ketimbang prestasi. 

Dari yang ringan tapi menyebalkan seperti seringnya delay, hingga yang terparah seperti yang terjadi kemarin pagi, jatuh.

Salah siapa?

Entahlah, jika Lion Air sedemikian buruknya, mengapa maskapainya masih tetap beroperasi, terlepas dari (mungkin) sikap pemerintan yang terkesan lambat memberi perhatiannya akan beragam kasus yang ditimbulkan oleh Lion Air.

Bahkan, Lion air lah yang membuka jalur penerbangan di daerah-daerah terpencil di Indonesia, di saat maskapai lain belum ada yang mau mengeksplore daerah tersebut.

Saya sendiri, entah harus merasa bersyukur atau harus merasa dikasihani, karena saya termasuk orang yang jarang bepergian, namun sekali bepergian naik pesawat pasti menggunakan Lion Air.

Mengapa?

Karena saya bepergian pulang menjenguk orang tua di suatu daerah kecil di Indonesia bagian tengah.

Dulu, saya harus menempuh waktu 3 hari 2 malam terombang ambing di atas kapal PELNI, demi melepas rindu pada kedua orang tua, dan karena jasa Lion Air lah, saya akhirnya bisa pulang ke rumah orang tua dengan menghemat waktu banyak, cukup sekitar 6 jam dari Surabaya, saya sudah bisa melihat wajah orang tua secara nyata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline