Lihat ke Halaman Asli

Resha Latifah

Bukan ibu ibu komplek

Mari Sama-sama Mengejar Kebajikan

Diperbarui: 7 Mei 2020   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Teman teman, kawan kawan dan saudara saudara sekalian perbedaan telah menghuni isi bumi ini bukan hanya setahun , satu dekade atau dua melenium. Telah banyak terjadi perbedaan pandangan juga cara berfikir. Alhmdulillah perbedaan adalah kekayaan yang indah di negara ini. Menjadikan Pancasila menjamin jika berbeda bukan harus menjadi aib, selama kita tidak melanggar norma dan budaya maka perbedaan adalah anugrah. Jangan sampai anugrah ini tercoreng oleh hal hal yang pada dasarnya merusak persaudaraan kita selama ini.

Hari ini saya telah menjalankan puasa ramadhan yang memasuki hari ke 14, sudah dua minggu bersama sama menjalankan upaya untuk menahan segala jenis nafsu. 

Hari ini pula rekan rekan dan keluarga kita yang bergama Budha meryakan hari Raya Waisak . Saya tidak begitu paham dengan perayaan ini, tapi saya akhirnya mencari tahu di wikipedia jika perayaan ini bisanya dirayakan dalam bulan Mei untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu:

  1. Lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 S.M.,
  2. Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodh Gaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 S.M.
  3. Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 S.M.

Tiga peristiwa ini dinamakan "Trisuci Waisak". Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists - WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950. Perayaan ini dilakukan pada purnamapertama di bulan Mei.

Walaupun bukan pemeluknya, saya selalu menyaksikan acara dan kegiatan Waisak yang biasanya di adakan di Candi Borobudur sebagai puncak kegiatan Nasionalnya, pada malam malam sebelumnya biasanya di adakan penerbangan lampion kelangit. Tapi tahun ini tidak, karena pandemi Covid19 menyebabkan banyak kegiatan keagamaan tidak berjalan seperti biasa. 

Tapi saya yakin kedapan setelah pandemi ini berakhir maka hal hal yang tertunda beberapa minggu ini dapatlah kita kejakan lagi bersama sama. Dengan semangat Ramadhan dan semnagt Hari Raya Waisak bagi para pemeluknya akan diberikan keberkahan dan keselamtan untuk masing masing beribadah dengan tenang tanpa khawatir seperti hari-hari ini akibat covid19.

Dari beberapa artikel online yang saya pelajari hari ini jikalau Ajaran Buddha mengajarkan agar setiap manusia memiliki yang sifat welas asih terhadap sesama, siapapun itu. punya serta ajaran Buddha mengajarkan umatnya untuk menghargai kehidupan. Dalam keprihatinan ini semoga makan menjadikan tolak ukur bagi kita semua agar lebih peduli dengan keadaan sesama. 

Sama seperti saya seorang Muslim yang mempelajari jika arti Islam sendiri adalah damai, selamat atau tentram. Saya percaya semua orang sama sama dilahirkan dengan keadaan suci dan kedamaian yang menyertainya. Karena kedamaian pula yang harus sama sama kita ciptakan karena akan menjadikan rahmat luar biasa bagi bangsa dan negara ini.

Pilihan mempercayai Agama apapun adalah pilihan masing masing individu. Dan saya selalu percaya dengan kasih sayang yang tulus akan membawa lebih banyak lagi kedamaian, dan kesejateraan manusia. Mari sama sama menyambut berkah dalam sama sama mengejar kebajikan di dunia. 

Selamat Hari Waisak. 

Selamat malam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline