Lihat ke Halaman Asli

Repa Kustipia

TERVERIFIKASI

Gastronomist (Gastronome)

Panduan Menjadi Food Vlogger yang Humanis

Diperbarui: 1 April 2023   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi fotografi makanan.(thinkstockphotos)

Apakah Indonesia sudah dilanda berbagai krisis? krisis pangan? krisis moral? krisis kesopanan? krisis kejujuran? krisis rasa? krisis finansial? 

Rasanya jika terus memverifikasi kekurangan secara subjektif itu menular ke berbagai hal. Pada akhirnya ini akan menciptakan generasi yang mudah tersinggung dan tidak kuat mental pada akhirnya. 

Hal ini akan terjadi saling membandingkan antara generasi terdahulu dan generasi masa kini yang semakin muda semakin dipandang namun tidak mengerti etika, walaupun berbekal kecanggihan gawai, kecepatan informasi, kelebihan saldo pendapatan, tapi ketika "sopan santun" pada bahasa, budaya, sikap, perilaku, dan lupa cara memperlakukan orang lain sebagai manusia beradab, maka hal-hal kesempurnaan yang melekat pada dirinya, akan musnah dan luntur dalam sekejap hanya karena salah ucap, salah tingkah, dan salah adab. 

Membahas kudapan, hidangan, makanan, minuman, pangan, komoditas pangan, apalagi hasil masakan seseorang itu ada ilmunya, ada tekniknya, ada caranya, ada metodenya, dan ada perlakuannya. Bahkan ada tradisi yang sulit dipisahkan dari kesatuan cita rasa yang terbentuk hingga bisa dinikmati, karena menilai suatu rasa ada syaratnya yaitu: 

1. Ilmu sensori (daya kecap yang memiliki fungsi mengecap dari mensyukuri panca indera yang telah diberikan yaitu lidah yang bisa menterjemahkan rasa asin, manis, pahit, asam, pedas, gurih, dan starchy). 

2. Ilmu organoleptik (minimal mencakup aroma, tekstur, dan rasa). 

3. Ilmu merasakan (basic tasting/taste 101) adalah cara seseorang bisa membaui, menakar dari perpaduan organoleptik dan sensori. Terbayang ya kompetensi hal ini. 

4. Ilmu gastronomi (ini memadukan pangan dan budaya, dimana setiap negara, provinsi, kabupaten/kota, tempat pusat, tempat cabang, kelompok penjual, bahkan individu pengolahnya akan berbeda dan hal inilah disebut dengan keragaman rasa/mix flavour). 

Keempat ilmu tersebut bisa didapatkan di bangku sekolah khusus atau vokasi bahkan kursus untuk suatu sertifikasi di bidang F&B (Food and Baverage) bahkan ada jurusan kuliahnya dan ditambah etika profesinya, biasanya setiap mahasiswa harus melewati berbagai ujian kompetensi agar kompeten. 

Hal demikian adalah untuk menjadikan seseorang yang bekerja di dunia : pangan, makanan, tata boga, kuliner, gastronomi, pertanian, dan hal-hal yang menghasilkan cita rasa yang dinikmati oleh seorang konsumen haruslah tercermin sikap humanis, beradab, berilmu, dan bermanfaat, bukan membuat sensasi anomali hingga akhirnya berujung dihujat oleh orang-orang acak yang tidak mengerti maksud komunikasi ulasan makanan atau pengalaman menikmati makanan yang dirasakan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline