Lihat ke Halaman Asli

Ready Susanto

Editor dan penulis.

Titi Nginung dan Arswendo

Diperbarui: 22 Juli 2019   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya menulis surat "iseng" kepada Arswendo Atmowiloto pada sekitar 1988, untuk mengkonfirmasi apakah Titi Nginung itu adalah nama samarannya. Sebelumnya saya telah membaca novel-novel serial opera olahraga karya Titi Nginung dan yakin sekali penulisnya adalah Arswendo. Berangkat remaja dengan membaca banyak sekali karyanya, seperti Kiki, Imung, 

Senopati Pamungkas, dan kemudian juga Dua Ibu dan Canting, saya rasanya kenal betul gaya menulisnya, bahkan bila hanya membaca satu paragraf saja karangannya. Sempat menulis dua kali resensi karya Titi Nginung yang dimuat di Kompas Minggu, lebih sebagai seorang fans, saya menulis surat untuknya.

Cepat sekali surat saya dijawab, dengan tulisan tinta hitam yang rapi dan menurut saya cara menulisnya artistik. Isinya pendek dan lucu, kurang-lebih begini, "Paling tidak ini untuk pertama kalinya saya mengaku kepada kamu bahwa Titi Nginung adalah Arswendo... He... he... he..." Dia juga mengatakan bahwa dia memilih nama Nginung karena "saking bingung". Entah ini serius atau bercanda, karena juga pakai "he... he... he".

Saya tidak kenal secara pribadi dengan Arswendo, mungkin pernah satu-dua kali melihatnya secara langsung tampil sebagai pembicara dalam acara di Bentara Budaya. Tapi saya tak ragu untuk menyebut dia sebagai "suhu" menulis saya. 

Melalui Mengarang Itu Gampang, saya kira banyak sekali anak muda sezaman saya yang kemudian menjadi berani menulis dan mengirimkannya ke koran atau majalah. Padahal Mengarang Itu Gampang ternyata punya anak-judul: Tapi Untuk Dimuat Itu Sulit.

Tapi itulah Arswendo, dia pandai memotivasi dengan menggampangkan urusan-urusan sulit dalam menulis. Saat kehabisan ide, dia misalnya menyarankan kita untuk membuka kamus secara sembarangan dan mengarang dengan kata pertama yang terbaca di kamus itu.
Sore ini, kabar Mas Wendo wafat menyebar di media sosial. 

Selamat jalan Mas Wendo, karya-karyamu akan tetap dikenang dan abadi. Seperti katamu dalam sebuah cerita anak "Ito" yang kau tulis, "Semua kenangan tidak berbaring bersamamu... Kenangan itu hidup tetap dalam diriku. Dalam diri kalian."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline