Lihat ke Halaman Asli

Rionanda Dhamma Putra

Ingin tahu banyak hal.

Hal yang Dirindukan dari Dekade 90-an

Diperbarui: 7 Agustus 2019   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: cewekbanget.grid.id

Bulan-bulan ini adalah musim gathering bagi mahasiswa baru. Sebagaimana acara kumpul-kumpul pada umumnya, gathering ini mempunyai tema. Kebetulan, gathering fakultas penulis bertema nineties. Alias tahun 90-an. Tema ini membuat penulis tergelitik untuk mengungkapkan kerinduan penulis terhadap beberapa hal di era ini.

Apa saja yang dirindukan dari era 90-an oleh penulis yang kelahiran 2001 ini?

Pertama, lagu-lagunya. Khususnya lagu-lagu KLa Project dan Nike Ardilla. Lagu-lagu dari ketiganya sangat mengena dalam kalbu. Setiap katanya membawa energi tersendiri yang membangkitkan semangat. Selain itu, makna lagu-lagunya yang mendalam juga membuat penulis ngaca terhadap kehidupan sendiri.

Mari kita mulai dari KLa Project. Band yang terbentuk tahun 1988 ini terkenal akan lagu-lagunya yang puitis. Mulai dari lagu-lagu yang galau seperti Tak Bisa Ke Lain Hati sampai lagu monumental seperti Jogjakarta. Liriknya yang puitis itu membuat setiap lagu memiliki footprint tersendiri dalam benak.

Ketika mendengar lagu Romansa, rasanya seperti berada di tengah taman bunga yang bersemi indah. Waktu berdendang Semoga, semua kerinduan terasa keluar dari sanubari. Apalagi ketika menyanyikan Lagu Baru. Semua problema kehidupan seperti tiada untuk sementara. "Lupakanlah problema, anggap saja tiada..."

Kalau KLa Project puitis dan berkesan, Nike Ardilla mengingatkan kita bagaimana talenta dan kecantikan bisa berpadu. Suara Beliau sangat merdu dan khas. Sementara, penampilannya sangat mencerminkan seorang mojang geulis yang modis. Keduanya adalah potensi yang sangat besar bagi seorang pelaku industri musik.

Ternyata, Deddy Dores berhasil menangkap potensi ini. Dengan tangan dinginnya, Beliau berhasil mengarahkan Nike Ardilla menjadi seorang legenda era 90-an. Siapa yang tidak terkesan mendengar lagu-lagu seperti Bintang Kehidupan, Suara Hati, atau Sandiwara Cinta? Setelah pendengaran pertama, penulis sendiri were affected by it. Susah untuk melupakannya.

Sayang, Nike Ardilla meninggal pada usia 19 tahun di tahun 1995. Ketika karir Beliau sedang puncak-puncaknya. Berpulangnya Nike Ardilla membuat Indonesia kehilangan seorang legenda era 90-an. Bahkan, hari kelahiran dan kematian Beliau masih diperingati oleh para fans sampai hari ini. In death she soared.

Kedua, penulis juga rindu dengan satu sinetron di era tersebut. Yaitu Si Doel Anak Sekolahan (SDAS). Sebenarnya, kerinduan ini tidak berpusat pada alur ceritanya. Itu sudah diobati dengan kehadiran Si Doel The Movie. Tetapi kepada gaya humor, potret realita, serta pelajaran yang diberikan oleh tontonan tersebut. Sungguh berbeda dengan sinetron zaman now.

Humor yang disajikan dalam SDAS berpusat pada interaksi tiga tokoh. Mereka adalah Babe Sabeni, Mandra, dan Karyo. Apalagi kalau mereka sedang berantem. Gesekan di antara tokoh-tokoh ini menghasilkan percikan humor yang sungguh jenaka. Lihat saja dialog berikut ini.

Mandra: Ngompa juga, dimaki-maki juga, kapan senangnya sih saya?!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline