Lihat ke Halaman Asli

Mencari Jati Diri (1)

Diperbarui: 25 Agustus 2021   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa di kaki Gunung | dokpri

AWAL CERITA

Sejak kehadiranku di desa ini 4 tahun lalu, masih teringat jelas kenapa aku bisa berada di desa ini. Desa Berdeks, sebuah desa di kecil Kabupaten Wanterisk, desa yang terpencil dari hiruk pikuknya kebisingan kota. Aku mengenal desa ini tatkala aku tersesat saat menyusuri hutan pinus di kaki gunung Kendures

Didesa ini hidup seorang keluarga kecil dengan 2 orang anak gadisnya yang masih berumur 12 dan 15 tahun, Nindy dan Laras namanya. 

Tidak ada sekolah di desa ini, sehingga dua gadis itu tidak mengenal baca dan tulis. Aku sangat lemah ketika ditemukan oleh kedua orang tua mereka. Pak Ahmad dan Ibu Dewi, merekalah yang sudah menyelamatkan aku saat itu.

Perlahan-lahan luka di kakiku mulai sembuh dan aku sudah bisa berjalan, walaupun masih harus dibantu dengan tongkat. Pak Ahmad membuatkan tongkat dari kayu asem. Sekitar dua bulan aku dirawat oleh mereka, lambat laun aku sudah sehat dan membantu kegiatan mereka di ladang. 

Aku mengajarkan kedua putri mereka membaca dan menulis karena mereka tidak bersekolah. Letak Sekolah yang jauh dan membutuhkan biaya, membuat mereka tak berdaya. Kemiskinan yang membuat mereka tidak mampu menyekolahkan kedua anaknya. 

Dengan tekun aku mengajarkan kedua putri pak Ahmad membaca dan menulis, sampai akhirnya mereka bisa membaca dan menulis. 

Membutuhkan waktu yang tidak sedikit aku mengajarkan mereka. Lima bulan lamanya aku mengajarkan mereka. saat ini Nindy dan Laras sudah pandai membaca dan menulis.

Tiba saatnya aku meninggalkan keluarga kecil tersebut untuk kembali ke rumahku di Jayakarta. Rasa berat hati meninggalkan mereka, karena sudah enam bulan lamanya aku bergaul dengan mereka. Tapi aku berjanji akan menemui mereka lagi di saat yang lain. 

Nindy dan Laras memeluk tubuhku dengan erat karena enggan melepaskan aku. Pagi itu aku pergi perlahan meninggalkan desa itu dengan berjalan kaki menuju jalan raya yang jaraknya kurang lebih 10 km. Aku dibekali dengan makanan matang, minuman dan buah-buahan segar dari hasil kebun Pak Ahmad.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline