Seperti yang kita ketahui, sudah lebih dari satu tahun yang lalu seluruh dunia merasakan dampak dari severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2) atau yang lebih di kenal dengan virus covid-19. Semenjak Covid-19 ditetapkan berstatus pandemi, semua Negara menerapkan kebijakan lockdown untuk mengurangi dampak penyebaran virus Covid-19. Salah satunya indonesia adanya kebijakan lockdown, banyak sektor yang mengalami kerugian. Salah satunya sektor ekonomi domestik dan global yang terpengaruhi. Pada awal maret indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus Covid-19. Banyak sekali sektor yang terpaksa ditutup sementara waktu. Sektor wisata, sektor manufaktur, perkantoran, sekolah, restoran, mall, dan pabrik-pabrik.
dampak dari Pandemi Covid-19 juga dirasakan oleh pelaku UMKM. Usaha mereka terpaksa tutup untuk sementara waktu karena pandemi Covid-19, di indonesia sendiri Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. UMKM juga berperan sebagai pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi, apabila kita lihat jumlah pelaku usaha sebanyak 99 persen dimana usaha di indonesia adalam UMKM.
Dengan adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tentunya berdampak pada para pelaku Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), penurunan omset yang cukup terasa oleh para pelaku UMKM, dikarenakan pemerintah menerapkan kebijakan lockdown dan working from home serta banyak masyarakat yang takut akan terpapar virus covid-19, sehingga mereka memilih membeli sesuatu menggunakan aplikasi lewat gadget mereka dan kurir akan mengantarnya. Hal tentu menyebabkan para pelaku UMKM mengalami penurunan jumlah pembeli, ini terasa oleh para pelaku umkm belum go online.
Salah salah pelaku UMKM yang terkena dampak dari Covid-19 adalah Ibu dede. Pada awalnya beliau membangun usaha ini bersama kakak iparnya usaha beliau adalah makanan khas sunda yaitu opak,kelontong dan renginang.
Namun saat itu kaka ipar dari Ibu Dede meninggal dunia, akhinya usaha tersebut berhenti, karena beliau dan suami sudah tua dan lelah jika harus bekerja jauh. Akhirnya Ibu Dede bersama suami sepakat untuk meneruskan usaha keluarga tersebut, Ibu Dede juga ingin membantu pengahasilan suaminya karena kebutuhan keluarga tidak sedikit, serta anak ibu Dede yang masih sekolah.
" Karena usaha ini cukup menjanjikan akhirnya saya melanjutkan usaha keluarga ini, serta saya juga ingin membantu penghasilan suami saya" ujar beliau
Dengan uang tabungan yang beliau miliki ibu Dede membeli semua bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan seperti beras ketan, gula merah, gula pasir, oven, alat untuk menumbuk dan peralatan lainya.
Saat ini beliau hanya mampu memproduksi opak,kolontong ketan, dan renginang sebanyak tiga liter saja karena saat pembuatan yang cukup memakan waktu juga karena sudah tidak kuat karena proses penumbukan yang cukup berat dan melelahkan. Ibu dede dan suami memproduksi opak,kolontong dan renginang dua sampai tiga kali dalam satu minggu dilihat dari persedian, apabila persedian menipis maka ibu Dede akan memproduksi kembali.
Seiring berjalannya waktu. Hingga pada akhirnya usaha Ibu Dede kembali maju dan berkembang, dan saat ibu Dede sudah memberi label yaitu OPAKBIDEDE, bahkan sekarang ibu dede sudah mempunyai toko yang berada di wilayah cikijing, jln. Bandung-Garut desa linggar. Serta pemasaran yang sudah keluar domisilis seperti Jakarta, Bandung, Sukabumi, dan Kalimantan.
Meskipun ibu Dede dan suami sudah lama membangun usaha ini kurang lebih sebelah tahun, namun tetep saja beliau juga merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Dampak pandemi covid-19 ini juga dirasakan oleh ibu Dede omset yang menurun serta jumlah pembeli juga berkurang pada tahun 2020.