Lihat ke Halaman Asli

Andri Mastiyanto

TERVERIFIKASI

Penyuluh Kesehatan

Mengapa Desainer Parfum Dunia Tak Pernah Lepas dari Patchouli ?

Diperbarui: 20 September 2025   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi seorang pria memagang parfum (sumber foto : Andri M desain by Canva AI generator)

Ada sebuah aroma yang selalu membuat Daku (saya) berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan merasa seperti kembali ke earthy.

Aroma itu adalah patchouli atau dalam penyembutan orang Indonesia sering terdengar potchuli. Dari sekian banyak basic material parfum, wangi patchouli punya karakter yang begitu khas: hangat, earthy, sensual, dan misterius.

Ia bukan sekadar aroma, melainkan sebuah spirit journey yang membawa kita pada kenangan, keseimbangan, bahkan harmoni.

Jejak Patchouli dari Tanah ke Parfum

Raw material Patchouli berasal dari daun tanaman tropis yang tumbuh di Asia Tenggara, salah-satunya di Indonesia.

Wewangiaan ini dikenal sejak abad ke 19 sebagai bahan pengawet kain, sekaligus penanda kemewahan di Eropa.

Orang-orang Barat di zaman itu, memahami bahwa syal atau kain sutra dari Timur memiliki aroma patchouli, berarti itu asli dan memiliki nilai tinggi, menunjukan kemewahan.

Sejak itulah, patchouli tak hanya jadi pengharum tubuh saja, tapi juga menjadi simbol sensualitas, keanggunan, dan kedalaman jiwa.

Dalam dunia parfum modern (saat ini), patchouli sering kali digunakan sebagai base note yang merupakan fondasi yang membuat parfum bertahan lama di kulit.

Selain itu Patcholi memberi karakter "berat" yang membedakan parfum elegan dengan wewangian pada umumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline