Lihat ke Halaman Asli

Andri Mastiyanto

TERVERIFIKASI

Penyuluh Kesehatan

Sungai Tidak Dirawat Berujung Air Harus Membeli

Diperbarui: 28 Maret 2016   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Deskripsi : Alat berat memberisihkan sampah disertai buih bahan kimia di kali Cipinang, Jakarta Timur I Sumber Foto : kompas.com"][/caption]

Lima tahun lalu saat aku masih tinggal di Jakarta, sesuatu yang menjadi pandangan umum melihat tetangga mondar-mandir pagi hari mengambil air di kamar mandi rumah ku. Itu yang terjadi ketika musim kemarau tiba di Pondok-Pinang, Jakarta Selatan. Rumah orang tua ku di selatan jakarta itu terletak di daerah dengan posisi yang  tinggi di Pondok-Pinang. Daerah tersebut dikenal daerah langganan banjir apabila musim hujan. Daerah yang dilewati oleh sungai pesanggrahan. Walaupun dekat dengan sungai tetapi pada musim kemarau mengalami kesulitan air.

Kepadatan penduduk merupakan jawaban yang tepat, kenapa masyarakat yang tinggal disana mengalami kekurangan air. Rumah orang tua ku saja sampai sulit sinar matahari masuk  kedalam rumah. Karena kanan kiri rumah sudah dipenuhi rumah tetangga yang mulai merenovasi rumah menjulang keatas. Melihat kesumpekan itu, aku akhirnya memutuskan membeli rumah di daerah yang sunyi di Cikeas Udik, Gunung Putri, Bogor dan tinggal disana. 

Keluarga ku beruntung karena sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari menggunakan Jet Pump dengan kedalaman 25 meter di Pondok-Pinang. Rumah ku menjadi langganan tetangga di musim kemarau untuk dimintakan air. Entah kenapa kami diberikan rezeki dari ALLOH SWT tidak kekurangan air. Apabila tidak dituntaskan masalah ini maka Jakarta akan mengalami krisis air.

Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan asupan air ke tubuh, mandi, membilas setelah buang air kecil / besar, mencuci peralatan, mencuci pakaian, dll. Apabila masyarakat kekurangan air akan menimbulkan permasalahan sosial. 

Tetapi ironisnya, manusia sering menyia-nyiakan dan tidak menghargai air sebagai bagian dari penopang kebutuhan hidupnya. Mari kita lihat disungai-sungai disekitar kita dipenuhi sampah, limbah rumah tangga serta industri. Seolah tidak perlu lagi memikirkan masa depan, para perusak sungai itu tutup mata dan telinga terhadap masa depan anak-cucu mereka kelak. Karena kejahatan manusia seperti itu berujung kita tidak bisa menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari dan berujung membelinya.

 

BERSAMA DEMI AIR PALYJA

Menyambut Hari Air Dunia 2016 yang jatuh setiap tanggal 22 Maret, PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA), operator penyediaan dan pelayanan air bersih untuk wilayah Barat DKI Jakarta, mengkampanyekan “Bersama Demi Air”.  Kampanye ini guna mendorong kebersaamaan menjaga ketersediaan air Jakarta. Hal ini Sejalan dengan tema Hari Air Dunia tahun ini “Water and Jobs”.

[caption caption="Deskripsi : Budi Susilo (Direktur Costumer Service PALYJA) menyampaikan permasalahan air baku dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta. I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Bapak Budi Susilo (Direktur Customer Service PALYJA) di acara Kompasiana Nangkring dan PALYJA, Senin (21/03/2016),menjelaskan "Ketersediaan air bersih di Jakarta semakin sulit didapatkan. Tiga belas sungai yang berada di Jakarta, sudah kurang bagus lagi untuk diolah menjadi air bersih. Hal ini disebabkan kandungan deterjen dan keberadaan sampah. Air sungai telah terkontaminasi deterjen dan amonia. Untuk itu harus melalui pemrosesan agar dapat digunakan oleh masyarakat" ucapnya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline