Lihat ke Halaman Asli

Mina Protocol, Si Blockchain Ringan!

Diperbarui: 28 April 2023   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cryptocurrency. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tahu nggak sih kalau hampir semua blockchain yang ada punya ukuran yang besar? 

Blockchain punya teknologi distributed ledger yang mengharuskan mereka buat mereka dan juga menyimpan tiap peristiwa dan transaksi yang terjadi di jaringan.

Kemudian, transaksi dan peristiwa ini akan meningkat dari waktu ke waktu secara alami dan bahkan dapat menjadi eksponensial ketika blockchain jadi sangat populer dan banyak diadopsi dimana-mana. 

Kebayang nggak sih dari banyaknya transaksi yang terjadi di blockchain pasti nggak akan praktis dong buat menyimpan semua data dan informasi? Kita ambil contoh pada Bitcoin yang ukuran blockchainnya terus bertambah dari tahun ke tahun hingga mencapai 348GB per-Juni 2021.

Ketika ukuran blockchain makin tumbuh, pasti akan ada masalah yang timbul karena berarti bakalan butuh banyak kapasitas hard drive buat nampung semua data dan perlu banyak waktu bagi sebagian besar pengguna buat menjalankan node jaringan. 

Nah, Mina Protocol dirancang untuk memperbaiki masalah ini. 

Mina Protocol dirancang buat menjadi light blockchain atau blockchain ringan dengan menggunakan zk-SNARK yang digabung dengan mekanisme konsensus PoS. 

Jadi, jaringan ini akan mempertahankan ukuran konstan bloknya hingga cuma jadi 22KB saja, nggak peduli berapa banyak transaksi yang dilakukan di jaringannya. Dengan ukuran yang kecil ini, siapa saja bisa menjalankan node dan membantu mengamankan jaringan Mina. 

Sebelumnya, protocol ini bernama Coda Protocol yang kemudian diganti menjadi Mina Protocol pada September 2020. Protocol ini dibuat oleh O(1) LABS pada tahun 2017. Tujuannya membuat kripto jadi lebih ramah pengguna dan bisa diakses oleh semua orang. 

Apa yang ditawarkan Mina Protocol?

Karena blockchain merupakan buku besar terdesentralisasi yang makin bertumbuh, maka  perlu daya dan energi yang besar untuk menjalankan sebuah node. Tapi, hal ini juga membuat beberapa pengguna jadi sulit untuk berpartisipasi dalam jaringan. 

Bahkan, nggak sedikit yang merasa kalau ini bakal membuka adanya risiko sentralisasi pada blockchain, karena siapapun yang punya daya komputasi terbesar adalah yang paling efisien dalam mengelola blok dengan ukuran yang besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline