Lihat ke Halaman Asli

Rahman Wahid

TERVERIFIKASI

Mahasiswa

Puisi | Keantapan

Diperbarui: 4 Desember 2019   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Pixabay/Jplenio

Senyap, sunyi, sepi. Gelap gulita jalur yang ditempuh. Penuh kekelaman, tersita pekatnya kegelapan, tersandra muramnya pengelihatan. Bergerak dengan ketenangan, mengalir dengan khidmat, sampai tak ada riak yang dihasilkannya. Amat hati-hati dan teratur.

Keselarasan gerak buat perlakuan jadi Nampak bias. Terhindar dari sorotan, jauh dari keriuhan. Semua nampak tersusun dalam keterpaduan yang ciamik. Betapa gembiranya ada dalam kondisi yang menghibat. Betapa dukanya pula ada dalam kondisi yang seolah tiada.

Sahaja terasa berlaku secara biasa, tanpa ciri istimewa, tanpa ciri mendamba. Hanya diam, menarik diri di remang sorot pencahayaan. Sembunyikan diri dalam gorong kehampaan. Prinsip relung hati bersabda demikian, hilanglah saat dan setelah kebaikan.

Biar sebaran kabar yang jadi penawar. Bahwa keantapan bawa kebestarian, bawa kealiman. Biar dentuman tawa, merekahnya senyuman, juga luwesnya kelakuan jadi bayaran. Atas semuanya, itu lebih dari cukup menentramkan, menenangkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline