Lihat ke Halaman Asli

Kembali Menulis di Kompasiana Wajah Baru

Diperbarui: 17 Juni 2017   03:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Capture Homepage Kompasiana versi baru (kompasiana.com)

Saya bergabung dengan Kompasiana sejak 25 Agustus 2010 lalu. Tulisan pertama saya terbit 26 Agustus di tahun yang sama. Saat itu artikel pertama yang saya tayangkan berjudul 'Malaysia dalam Indonesia (Perseturuan di Dunia Maya)'. Hingga detik ini, pembacanya tak naik-naik. Mentok diangka 263. Tanpa like dan komen.

Jika membaca tulisan itu saat ini rasanya membawa geli dalam hati. Saya sarankan jangan mencoba meliriknya.

Tulisan terakhir saya di Kompasiana tayang di 20 Oktober 2015. Dua tahun kurang lebih dari saat ini. Tak perlu detail saya jelaskan artikel apa yang tayang kala itu. Hanya article placement yang kebetulan nyantol di blog pribadi saya dan ikut saya tampilkan disini. Itung-itung sebagai service dengan pembaca yang melimpah.

Sayangnya, pembacanya tak juga bergerak diangka 53 view. Saya juga yakin tak semuanya membaca hingga tuntas. Paling cuma klik sesaat lalu pergi menjauh.  

Jika melihat riwayat saya berkompasiana, dahulu kala saya tergolong cukup aktif. Hingga akhirnya meredup. Total sudah 97 tulisan saya yang tayang disini. Delapan diantaranya pernah jadi headline. Sebuah bentuk penghargaan mewah bagi kompasianer seperti saya.

Saya juga tak punya penjelasan resmi mengapa kemudian saya melempeng dalam tulis menulis disini. Mungkin seperti gula yang setiap hari diemut, manisnya akan buat kita eneg. Mungkin saja Kompasiana pernah membuat saya meradang. Mungkin. Saya harus mengingat semua riwayat itu.

Saya mulai jarang nulis di Kompasiana juga bukan karena tak pernah menang dalam setiap blogcompetition yang diselenggarakan. Bukan pula karena tak pernah turut serta dalam blogger nangkring yang rutin dilaksanakan. Karena terbukti saya pernah ikut acara keren itu saat digelar di Makassar.

Saat itu Kompasiana menggandeng Telkomsel dan saya dapat kaos cantik. Kaosnya bahkan masih awet hingga kini. Cuma sayang, sejak itu tak pernah lagi ada nangkring serupa di Makassar.

Dahulu saya mencintai Kompasiana. Karena jadi wadah penulis dan blogger yang tak bisa membuat blog. Kemudian saya putus dengannya. Kemudian kini mencoba baikan lagi. Saya masih belum yakin 100 persen diterima dengan baik disini. Karena, Kompasiana mulai 'elit' dan penuh penulis-penulis hebat. Tentu saja itu bagus.

Sungguh suatu kebetulan. Saat Kompasiana berganti wajah di tahun 2017 ini, tak sengaja saya nyasar disalah satu artikel. Langsung teringat bahwa saya juga pernah ada disini. Saya kemudian login, meski awalnya harus melakukan reset pasword karena lupa pakai ajian apa kala itu. Syukurnya email yang terdaftar masih ingat. Jadi semua bisa dengan cepat teratasi.

Saya tak ingat lagi sudah berapa kali Kompasiana bergati wujud. Sependek ingatan saya, dahulu memang selalu rutin berganti bentuk. Saat ada upgrade dalam dunia web development, saat itu juga Kompasiana siap-siap bertransformasi. Itu menandakan tim IT Kompasiana mengerti kemauan pasar dan penggunanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline