Lihat ke Halaman Asli

Peran Generasi Millennial (Digital Native) dalam Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Zero Waste Sampah Plastik di Indonesia

Diperbarui: 15 Desember 2018   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Permasalahan sampah di Indonesia merupakan masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Sementara itu dengan bertambahnya jumlah penduduk maka akan mengikuti pula bertambahnya volume timbulan sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia.

Jambeck, 2015 menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam peringkat kedua dunia setelah Cina menghasilkan sampah plastik di perairan mencapai 187,2 juta ton. Hal ini didukung hasil penelitian Purwaningrum, 2016 menyatakan komposisi sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sampah organik sebanyak 60-70% dan sisanya adalah sampah non organik 30-40%, sementara itu dari sampah non organik tersebut komposisi sampah terbanyak kedua yaitu sebesar 14% adalah sampah plastik. Sampah plastik yang terbanyak adalah jenis kantong plastik atau kantong kresek selain plastik kemasan. 

Diperlukan terobosan besar bagaimana kita mendorong perubahan perilaku publik dari hulu ke hilir mempunyai tanggungjawab yang sama dalam penanganan sampah plastik tersebut. Menurut hemat saya, terobosan baru yang diperlukan saat ini adalah melakukan riset untuk mendapatkan bakteri penghancur plastik. Mengingat bahwa sampah plastik memiliki sifat terurai di dalam tanah di atas 20 tahun bahkan sampai 100 tahun.  

Peran generasi millennial di era revolusi Industri 4.0 untuk melakukan riset terkait bakteri penghancur plastik diperlukan dukungan dari perguruan tinggi (PT). Kendati demikian, kebijakan PT atau Kampus harus disesuaikan dengan reorientasi kurikulum untuk membangun kompetensi era revolusi industri 4.0. Prinsip penggunaan bakteri adalah pada awal proses produksi, bakteri langsung disuntikan kedalam plastik tersebut sehingga diharapkan plastik dengan mudah terurai di tanah dalam waktu lebih cepat.

Kesempatan yang sama, terus dilakukan edukasi terhadap masyarakat hingga produsen kemasan plastik. Budaya masyarakat Indonesia yang beragam juga menjadi salah satu hambatan. Terlebih dengan kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau. Masyarakat yang berdomisili di kota cenderung mudah diedukasi soal penanganan sampah. 

Tetapi masyarakat daerah pedesaan seringkali terbatas dari segi fasilitas. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak dari keadaan ini untuk memerbaiki fasilitas-fasilitas pengelolaan sampah di wilayahnya masing-masing. Sampai saat ini, metode yang digunakan untuk penanganan sampah plastik yang sudah banyak diterapkan adalah dengan Konsep 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) serta alternatif lain yang sudah banyak diteliti adalah daur ulang sampah plastik dijadikan bahan bakar minyak.

Berlaku bijak terhadap sampah organik dan anorganik bisa dilakukan dengan mudah dan dapat dimulai dari individu masing-masing serta dengan menanamkan budaya pola hidup sehat bagi anak-anak usia dini hingga dewasa. Mari berbuat sesuatu untuk mengelola sampah dengan baik demi terwujudnya lingkungan yang nyaman serta zero waste sampah plastik di Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline