Lihat ke Halaman Asli

Banyak Anak Banyak Rezeki.... Benarkah?

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1339832593489029535


alfandirahmat.wordpress.com

Banyak anak banyak rezeki, benarkah? ah tidak juga.... atau banyak anak banyak masalah? ya gak sedikit juga. Tergantung si orang tua, mampu atau tidak memanage sebuah keluarga dengan anak yang banyak. Hal yang utama adalah orang tua harus bisa mengurus anak-anaknya dengan kasih sayang, mendidik mereka menjadi anak-anak yang berkualitas, cerdas, sholeh/ sholehah, dan mandiri, emmmmhhh  impian semua orang tua tentunya. Tapi, jika si orang tua tak mampu memanage? jangan deh... meskipun dari segi finansial orang tua itu mampu, tapi kalau tak mampu memanage rumah tangga dan anak-anaknya dengan baik, semuanya akan berantakan.

Sebuah contoh, pagi ini aku bertemu dengan teman lama sekaligus tetangga di kampungku, banyak cerita lucu yang kami obrolkan terutama mengenai kakaknya yang memiliki 11 orang anak. Jarak umur anak-anaknya yang berdekatan menjadi topik pembicaraan serius tadi pagi, orang bilang yang begitu itu dinamakan tunji artinya setaun siji hehehe (maksudnya melahirkan tiap tahun).

Pada awal pernikahan kakak temanku itu, semuanya baik-baik saja, dalam dua tahun mereka sudah memiliki sepasang anak yang sehat-sehat. Mereka samasekali tak pernah bermimpi memiliki anak yang banyak, apalagi sampai punya kesebelasan seperti itu. Tahun demi tahun mereka jalani dengan baik sampai lahir anak keempat. Lalu pada kehamilan anak yang kelima, barulah mulai timbul masalah-masalah kecil seputar ngurusin anak-anak mereka yang masih kecil-kecil. Mereka terbentur dengan aktivitas di kantor juga, mau tidak mau anak-anaknya mengurus diri sendiri dengan diawasi neneknya. Tapi meskipun diawasi neneknya, tentu semua itu tidaklah cukup.

Ketika anak ke-7 lahir, lalu beberapa bulan kemudian dia harus mengandung lagi, sepertinya  perasaan minder mulai menguasai dirinya karena kehamilannya itu. Dan jangan coba-coba bertanya-tanya pada dia deh tentang kehamilannya, yang ada malah akan mendapatkan  jawaban kurang mengenakkan dari dirinya. Pernah katanya, suatu hari ibunya bertanya perihal kehamilannya, dan dia jawab dengan ketus "Emang gak boleh hamil lagi? salah ya kalau aku hamil lagi?", sang ibu hanya bengong padahal pertanyaannya cuma, "Neng, kamu hamil lagi ya?", pada kehamilan berikutnya tak satupun yang berani bertanya ini dan itu perihal kehamilannya, tau-tau mbrojol aja... hahaha, ada-ada saja.

Kakak temanku ini adalah pegawai PNS, suaminya PNS juga. Dari sisi finansial dengan dua gaji pastilah cukup untuk mengidupi kesebelas anaknya, tapi dari segi memanage anak-anaknya mereka agak keteteran. Perhatian dan kasih sayang pada anak-anaknya sangat kurang,  mungkin karena capek, pekerjaan rumahnya pun jadi terbengkalai. Cucian menggunung pun tak pernah dia pedulikan, cukup memandangnya dengan mesra sudah cukup baginya hihihi. Ada sih yang dia pedulikan, paling masalah makan anak-anaknya, terkadang karena gak sempat masak lauk, anak-anaknya cukup makan dengan kerupuk dan kecap, waduh... terbang deh!. Gak ada yang bantuin? jelas gak ada, namanya juga di kampung, mana ada yang mau ngerjain pekerjaan rumah dan  momong anak sebanyak itu, capek deh...!

Yang lucu adalah cerita pada saat makan, dengan memakai baskom yang cukup besar sang suami biasa kebagian menyuapi 7 anak2nya yang masih kecil2 mereka berjejer rapi lalu disuapinya satu persatu persis kayak anak burung....heheheh...sedang 3 anak terbesarnya sudah bisa mandiri dan sudah bisa membantu sebagian pekerjaan orang tuanya, dan yang paling kecil  masih bayi. Belum lagi cerita si sulung yang masih duduk di bangku SMA, sering merasa malu bila ada orang yang bertanya tenatang jumlah adiknya. Yang paling lucu, bapaknya sering lupa dengan nama-nama anaknya, ketuker-tuker... hihihi...

Menurut penuturan temanku, kakaknya itu bukan tak mau ber-KB, tapi tak ada satupun KB yang cocok dengannya. Dari mulai KB suntik, inplant, tablet, sampai yang jenis Spiral pun telah dicobanya tapi semuanya gagal, selalu saja bermasalah.

Lalu, "Kenapa gak suaminya aja yang ber-KB?" tanyaku, katanya suaminya keberatan bila harus memakai alat kontrasepsi k**d*m,

"Loh, alasannya?", alasannya ya kurang nikmat katanya! wkwkwkk...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline