Lihat ke Halaman Asli

Qanita Zulkarnain

Magister Psikologi

Anak-anak Juga Bisa Stres: Cegah Stres Destruktif dengan Lingkungan yang Sehat Mental

Diperbarui: 9 Maret 2023   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Yan Krukau on Pexels 

Belum lama ini, kita digemparkan oleh berita mengenai anak kelas 4 SD di Banyuwangi yang bunuh diri karena depresi akibat perundungan (bullying). 

Setahun sebelumnya, diketahui seorang napi anak di Palembang bunuh diri di selnya. Dua tahun sebelumnya, seorang anak SD di Dairi ditemukan bunuh diri diduga karena stres akibat tugas sekolah. 

Belum lagi, berbagai kasus bunuh diri dan gangguan mental pada anak yang tidak terangkum dalam tulisan ini, yang terjadi baik di lingkup nasional maupun internasional.

Bunuh diri merupakan akibat paling ekstrem untuk diri subjek dari gangguan kesehatan mental. Kasus-kasus bunuh diri pada anak merupakan indikasi bahwa terdapat sesuatu dalam kehidupan mental anak yang luput dari perhatian. Meskipun demikian, bunuh diri bukan satu-satunya masalah kesehatan mental serius yang terjadi pada anak-anak. 

Jika kasus bunuh diri dapat terjadi pada anak-anak, maka kasus gangguan mental lain juga dapat terjadi pada anak-anak. Tantangannya adalah bagaimana mengidentifikasi gangguan pada anak dan bagaimana pencegahan gangguan mental pada anak.

Tapi sebelumnya, sudahkah kita memahami kompleksitas kehidupan mental anak?

Keadaan mental anak-anak dapat sangat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk pengalaman individu, tahap perkembangan, dan pengaruh lingkungan. Namun, secara umum, anak-anak cenderung mengalami serangkaian emosi, termasuk kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, ketakutan, dan kecemasan, yang mereka alami seiringan dengan proses mereka tumbuh berkembang.

Anak-anak kecil mungkin memiliki ekspresi verbal dan emosional yang terbatas, membuatnya lebih menantang bagi orang dewasa untuk memahami dan menanggapi kebutuhan mereka. Namun, anak yang masih sangat kecil pun dapat menunjukkan tanda-tanda kesusahan, seperti lekas marah, menangis berlebihan, perubahan pola makan atau tidur, dan kesulitan menenangkan diri.

Seiring bertambahnya usia anak-anak dan mengembangkan kemampuan kognitif dan emosional yang lebih maju, mereka menjadi lebih mampu memahami dan mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Namun, mereka mungkin juga menghadapi tantangan baru terkait dengan dunia sosial mereka yang berkembang, termasuk hubungan teman sebaya, minat romantis, dan ekspektasi masyarakat terkait penampilan, perilaku, dan pencapaian.

Penting untuk diketahui bahwa semua anak dapat mengalami tantangan kesehatan mental dan tantangan ini dapat berdampak signifikan pada kesejahteraan dan perkembangan mereka. Anak-anak yang mengalami stres, trauma, pelecehan, atau penelantaran mungkin sangat rentan terhadap masalah kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, gangguan stres pascatrauma (PTSD), dan gangguan suasana hati lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline