Lihat ke Halaman Asli

Stoikisme: Kebebasan dan Kendali Diri dalam Kehidupan Modern

Diperbarui: 18 Desember 2023   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertanyaan akan sejauh mana manusia dapat mencapai kebebasan sepenuhnya tanpa harus bergantung pada legitimasi adalah perhatian yang penting. Kesadaran yang tumbuh di dalam diri seseorang sering kali melahirkan perasaan hangat yang terkait dengan kebebasan yang diinginkan. Namun, kebebasan ini untuk eksistensi manusia seringkali memerlukan pengorbanan dan pencapaian tanpa terbebani oleh konsekuensi negatif yang mungkin timbul.

Salah satu pendekatan yang menarik dalam hal ini adalah melalui mazhab filsafat seperti stoikisme, yang hingga kini tetap relevan meskipun berakar dari masa lampau, diperkenalkan oleh tokoh-tokoh terkenal seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius. Stoikisme menekankan pentingnya fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan dalam kehidupan kita, menghubungkan hal-hal baik yang terjadi dengan konsep kesuksesan. Meskipun demikian, ajaran ini juga mengingatkan akan bahaya paradoks materialisme yang bisa membuat kita kehilangan kendali diri. Sebagai contoh, Epictetus, meskipun seorang budak, mampu mengendalikan emosinya hingga saat dipenjara, ia tetap menggunakan akalnya dengan bijak.

Namun, dalam mengadopsi ajaran ini, perlu diingat bahwa terdapat situasi di mana seseorang mungkin terlalu acuh tak acuh terhadap kondisi orang lain. Stoikisme menekankan pentingnya kebaikan, memungkinkan manusia untuk memahami korelasi dengan alam dan kekuatan rasionalitas yang dimiliki. Meski terfokus pada kontrol diri, ajaran ini juga menunjukkan pentingnya pendekatan emosional di mana kita, sebagai individu rasional, dapat melakukan kebaikan meskipun dalam situasi di mana orang lain bertindak buruk.

Stoikisme menjadi fundamental dalam pembicaraan mengenai kontrol diri, memberikan kendali yang praktis terhadap mental seseorang dalam dinamika alam semesta ini. Namun, terdapat kendala dalam penerimaan ajaran ini di mana beberapa orang merasa skeptis atau meremehkan stoikisme, menganggapnya sebagai klaim kosong dari individu yang belum sepenuhnya memahami esensi ajaran tersebut, sehingga hanya menjadi sesuatu yang ditunjukkan secara visual.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline