Lihat ke Halaman Asli

MAGDALENA PUTRI

PUBLIC ADMINISTRATION

Apakah Perkembangan Teknologi Saat Ini pada Fase Positivisme Telah Meninggalkan Fase Teologi dan Metafisik?

Diperbarui: 14 November 2022   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kita membahas 'Fase Positivisme' tentunya kita harus mengenal siapa pencetus fase tersebut.

ia adalah Augustuste Comte, atau " Isidore Auguste Marie Francois Xavier Comte" nama lengkapnya. (1798-1857), merupakan pendiri aliran filsafat positivisme dan “Bapak Sosiologi”, telah menampilkan ajarannya yang sangat terkenal, yaitu apa yang disebut hukum tiga tahap (law of three stages). 

Melalui hukum inilah ia menyatakan bahwa sejarah umat manusia, baik secara individual, maupun secara keseluruhan, telah berkembang menurut tiga tahap, yaitu:

1. Tahap teologi (fiktif)
2. Tahap metafisik (abstrak)
3. Tahap positif (ilmiah/riel). Secara eksplisit pula ia menekankan bahwa istilah “positif” merupakan suatu istilah yang ia jadikan nama bagi aliran filsafat yang dibentuknya sebagai sesuatu yang nyata, pasti, jelas, bermanfaat, serta sebagai lawan dari sesuatu yang negatif.

Dimana aliran positivisme pada abad 19 kala itu,aliran tersebut hendak mengubur bidang-bidang spekulatif metafisik, seperti metaifisk dan teologi. Dimana pada aliran positivisme sangat mengagungkan metode induktif eksperimental, yakni menarik kebenaran ilmiah berdasarkan atas data percobaan yang berupa fakta partikular menuju kesimpulan universal. 

Konsekuensi dari fase 'positif' adalah keharusan manusia untuk meninggalkan fase sebelumnya, yaitu fase teologi dan metafisik. Dimana dua fase tersebut dianggap akan berlalu dengan sendirinya setelah manusia akrab dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Prediksi Auguste Comte memang ada benarnya.Pada abad ke 21, setelah ia mengatakan hal tersebut dalam artikel berjudul ”The Course in Positive Philosophy”, dunia memang sedang mengalami kemajuan yang menakjubkan dalam hal ilmu pengetahuan. Kemajuan tersebut ditunjukkan salah satunya melalui perkembangan teknologi.

Lalu apakah perkembangan teknologi sebagai bentuk aplikasi dari fase positif, ternyata benar-benar membuat manusia meninggalkan fase teologi dan metafisik? Poin ini tentu saja dapat kita perdebatkan.

Pada perkembangan teknologi, menciptakan sebuah kekosongan batin yang membuat manusia merasa perlu untuk mencari pijakan baru, yang tetap bernuansa spiritual. Artinya, ramalan Comte tentang habisnya fase teologi dan metafisik tidak terbukti menyeluruh. Pada fase Teologi dan metafisik, dimana  manusia mempercayai adanya ruh, jiwa dan akal.

Nyatanya, kita dapat melihat di sekeliling bahwa kepercayaan terhadap hal-hal suprarasional tidak serta-merta mengalami penurunan. "Agama dan kepercayaan tertentu masih dianut dan bahkan tidak terlihat bertentangan dengan perkembangan teknologi". 

Contohnya : Kepercayaan Gaib dan Kejawen pada masyarakat pesisir Kabupaten Rembang masih percaya terhadap makhluk gaib yang memiliki kekuatan untuk melakukan hal-hal tertentu yang sebenamya tidak dapat diterima oleh akal sehat kita sebagai manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline