Kalau PKS yang ngomong akan mendukung Ganjar. Saya masih tak ambil pusing. Tapi kalau Golkar yang sudah bicara. Ini lampu merah bagi PDIP.
Baru-baru ini, elit partai Golkar Nurdin Halid menegaskan partainya siap mencalonkan Ganjar Pranowo jika tak dipakai PDIP. Pernyataan Nurdin Halid ini tentu jauh kalau dibilang bercanda. Jabatannya Wakil Ketua Umum. Tentu apa yang jadi statemennya, sudah mendapat persetujuan bersama.
Ganjar memang jadi salah satu politisi yang diperhitungkan pada kancah pertarungan Pilpres 2024 nanti. Namanya bersinar, dengan popularitas dan elektabilitas yang memukau.
Tapi ia diperlakukan bak anak tiri oleh partainya sendiri. Alih-alih didukung, Ganjar justru jadi bulan-bulanan. Berkali-kali bahkan, Ganjar dijegal dan diserang habis-habisan. Penyerangnya justru dari elit-elit PDIP sendiri. Ganjar dianggap pengganggu. Bagi rencana PDIP yang akan mencalonkan Tuan Ratu. Puan Maharani.
Ganjar sih santai-santai saja. Karena baginya, pencalonan siapa kader PDIP untuk maju Pilpres adalah hak preogratif Megawati Soekarno Putri. Siapapun yang nantinya dicalonkan, pastilah mereka yang dianggap paling siap untuk memenangkan pertarungan.
Tapi Ganjar juga tak bisa melawan kehendak rakyat dan barisan relawan. Mereka yang sudah jatuh cinta pada Ganjar, telah menyatakan sikap akan mengantar Ganjar sampai duduk di singgasana pemerintahan.
Apapun dan bagaimanapun caranya. Dengan atau tanpa kendaraan PDIP.
Diakui atau tidak, hanya Ganjar yang punya simpul dukungan terkuat sebagai Capres. Dukungan terus mengalir, entah dari masyarakat sipil atau barisan relawan.
Mereka tersebar di seluruh pelosok negeri. Bahkan ada juga yang eksis di luar negeri. Setiap hari, mereka bergerak untuk mengkampanyekan Ganjar. Meski harus patungan dan tanpa imbalan.
Kekuatan inilah yang menjadi daya tarik. Sejumlah partai besar, siap memberi karpet merah untuk Ganjar. Jika nantinya Ganjar tak dicalonkan PDIP, mereka siap jadi kendaraan Ganjar untuk mewujudkan mimpi sekaligus harapan jutaan masyarakat Indonesia.