Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Tambah Skill Storytelling dengan Belajar dari Pesulap

Diperbarui: 15 April 2021   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu cara mengembangkan skill storytelling yang paling mudah adalah dengan belajar dari pesulap (ilustrasi diolah pribadi melalui Canva)

Kalau kamu ingin memenangkan event kompetisi blog maraton Samber THR Kompasiana atau blog competition lainnya, kamu harus mengembangkan skill storytelling. Di setiap artikelmu, kamu harus bisa bercerita.

Serius. Coba perhatikan artikel-artikel pemenang Samber THR Kompasiana, dari pertama kali event ini diadakan pada 2018 hingga 2020. Semua artikel yang ditulis para pemenang itu adalah jenis artikel storytelling atau bercerita. 

Alasan Storytelling Disukai Pembaca

Sejak jaman Nabi Adam, manusia senang cerita. Kitab-kitab suci pun banyak memuat kisah-kisah para Nabi dan kaum-kaum terdahulu. Kamu perhatikan pula, buku-buku best seller yang terjual hingga jutaan eksemplar adalah buku-buku fiksi yang bercerita.

Salah satu alasan mengapa buku fiksi bisa lebih laris dan diminati pembaca dibandingkan buku non fiksi adalah karena cerita melibatkan otak seseorang jauh lebih kuat daripada kumpulan data dan bahasa abstrak. Para peneliti telah lama mengetahui bahwa wilayah bahasa 'klasik' dari otak kita, seperti daerah Broca dan daerah Wernicke, terlibat dalam bagaimana otak mengartikan kata-kata tertulis. Apa yang disadari oleh para ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir adalah bahwa narasi/cerita mengaktifkan banyak bagian otak kita juga.

Bagi penulis fiksi, fakta bahwa kita membutuhkan cerita sudah jelas. Bagi penulis non fiksi, memasukkan cerita ke dalam artikel, esai, atau bentuk tulisan lainnya dapat memberikan pengaruh yang signifikan.

Tidak ada yang senang membaca artikel non fiksi yang sepertinya keluar dari buku teks kuliah yang padat. Setiap kali kita membahas konsep yang abstrak atau rumit, perhatian pembaca mulai berkurang. Istilah teknis yang kita gunakan memperlambat ritme tulisan sampai pada kecepatan seekor siput. Pembaca mulai berjuang untuk memahami apa yang sedang kita coba jelaskan dan mungkin menyerah untuk menyelesaikan bacaan mereka.

Tetapi bila kita dapat membuat cerita yang cerdik untuk mengilustrasikan konsep yang rumit, kita dapat menyeret tulisan keluar dari awan ke dunia nyata. Dengan begitu, pembaca dapat memvisualisasikan konsep yang kita jabarkan.

Sederhananya, tulisan yang bercerita itu menarik pembaca. Jadi, agar tulisanmu bisa menarik minat pembaca, supaya pembaca bisa tenggelam dari awal paragraf sampai titik terakhir tulisanmu, kamu wajib menguasai keterampilan storytelling.

Salah satu cara mengembangkan skill storytelling yang paling mudah adalah dengan belajar dari pesulap. Bagaimana caranya?

Berlatih dan Memperhatikan detail

Saya punya teman pesulap kartu, namanya Hendra. Kami bertemu sewaktu ikut pelatihan fasilitator Gapura Digital.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline