Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Untuk Apa Sih Harus Repot Survei Pemilih dari FPI?

Diperbarui: 7 April 2019   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: bbc.co.uk/Julia Alazka

Itulah pertanyaan yang melintas di benak saya sewaktu membaca berita rilis survei dari LSI. Dalam rilisnya, LSI mengatakan pasangan Jokowi-Ma'ruf "kalah tipis" dibandingkan pasangan Prabowo-Sandi di kalangan pemilih FPI. LSI menyebut Jokowi meraih 41,2-47,6 persen dibanding Prabowo 52,4-58,8 persen. Menurut peneliti senior LSI, Ardian Sopa, adanya anggota FPI yang memilih Jokowi karena selama ini isu hoaks yang mempersepsikan Jokowi-Ma'ruf tidak ramah dengan Islam, perlahan terkikis.

"Selama ini yang dipersepsikan Jokowi-Ma'ruf tidak ramah terhadap Islam dan ulama yah lambat laun isu itu bisa dikikis. Sehingga pemilu ini bahkan ada di FPI tidak hanya mutlak dukung Prabowo-Sandi tapi juga terbelah," katanya.

Nah, mengapa LSI sampai harus repot-repot menyurvei pemilih dari FPI? Karena asas keilmuan, menuntaskan rasa penasaran dan keingintahuan atau ada kepentingan tertentu, sebuah grand design dibaliknya?

Padahal, sudah bukan rahasia lagi kalau jama'ah FPI itu kontra dengan Jokowi, kalau tidak boleh dibilang "benci" (penekanan pada tanda kutip loh ya) terhadap kebijakan rejim Jokowi yang dianggap sering mengkriminilasasi ulama, khususnya dari kalangan FPI. Puncaknya adalah kasus chat Habib Rizieq Shihab yang dianggap terlalu direkayasa.

Rilis survei LSI tersebut kemudian dibantah oleh FPI, yang mengatakan tak ada satu pun anggota FPI yang disurvei. Juru bicara FPI, Munarman mengkritik jangan sampai LSI Denny JA menyalahgunakan ilmu statistik. Penyalahgunaan ini dengan membentuk opini.

"Kalau ngibul dan menghayal jangan yang kebangetan gitu deh. Itu sudah bisa disebut 'survey collar crime' menyalahgunakan ilmu statistik," tutur Munarman.

Dia menegaskam terkait survei tersebut, tak ada satupun anggota FPI yang menjadi responden. Meski ia paham dengan diksi 'di pemilih FPI' yang artinya pemilih tersebut bisa bukan anggota FPI.

"Saya pahamlah dia menggunakan diksi "di pemilih FPI" artinya responden tersebut bukan anggota FPI, tapi anehnya dalam analisanya, LSI Denni JA menyatakan bahwa tidak semua satu pandangan dengan sikap pimpinan ormas tersebut," ujar Munarman.

Siapa yang benar diantara keduanya? Apakah LSI memang betul-betul melakukan survei murni di pemilih FPI? Atau survei tersebut hanya rekayasa? Waallohu a'lam, karena baik LSI maupun FPI tetap bersikukuh pada kebenaran versi mereka.

Ok, kembali pada pertanyaan saya, mengapa LSI sampai merepotkan diri menyurvei pemilih dari FPI? Jawabannya mungkin bisa ditemukan dari kronologis berikut:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline