Lihat ke Halaman Asli

Lirik Lagu dan Makna Tentang Ibu Kita Kartini

Diperbarui: 21 April 2024   03:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wikipedia

"Ibu Kita Kartini" adalah lagu yang sangat berarti dalam sejarah Indonesia. Lagu ini mengangkat sosok Kartini, seorang pahlawan nasional yang memperjuangkan emansipasi wanita dan pendidikan pada masa kolonial Belanda.

Dalam lagu ini, liriknya menggambarkan kebesaran semangat dan perjuangan Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Lagu ini menjadi pengingat akan perjuangan Kartini serta sebagai inspirasi untuk terus menghargai perjuangan para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan dan kemajuan bangsa.

Melalui liriknya yang penuh makna, lagu "Ibu Kita Kartini" memotivasi kita untuk terus menghargai dan meneruskan perjuangan Kartini dalam mencapai kesetaraan dan keadilan bagi semua.

Lagu Ibu Kita Kartini 

Siapa Pencipta Lirik Lagu Ibu Kita Kartini? Lirik Lagu Ibu Kita Kartini di Ciptakan Oleh WR Supratman Yang Menggambarkan Tentang Perjuangannya Untuk Pendidikan Bagi Perempuan di Masa Penjajahan Kolonial Belanda. Berikut Lirik Lagu " Ibu Kita Kartini " :

Ibu kita kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya

Ibu kita kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka

Reff:
Wahai ibu kita kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia

Ibu kita kartini
Putri jauh hari
Putri yang berjasa
Se Indonesia

Reff:
Wahai ibu kita kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia

Tentang Ibu Kita Kartini

Kartini, atau Raden Ajeng Kartini, adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang lahir pada tanggal 21 April 1879 di desa Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Kartini dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan di masa kolonial Belanda.

Kartini tumbuh dalam lingkungan priyayi Jawa yang kental dengan tradisi patriarki. Meskipun demikian, Kartini mendapat dukungan dari ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, untuk mendapatkan pendidikan. Namun, pada masa itu, perempuan tidak diperbolehkan melanjutkan pendidikan setinggi laki-laki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline