Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Presiden Jokowi Sebaiknya Berhati-hati Mainkan Diplomasi Luar Negeri

Diperbarui: 10 Maret 2020   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sukhoi merupakan salah satu jenis pesawat tempur untuk pertahanan dan menjaga keamanan wilayah Indonesia. (Foto: KOMPAS/HERU SRI KUMORO)

Saat acara bedah buku yang diselenggarakan oleh Aliansi Kebangsaan, Yayasan Suluh Nusantara Bakti dan FKPPI, dengan judul "Aktualisasi Menggalang Ketahanan Nasional Demi Kelangsungan Hidup Bangsa" di Hotel Sultan hari Sabtu ( 7/2 /2020 ), menjadi menarik saat salah satu narasumber (Laksda Pur Bob Mangindaan) memaparkan ancaman terhadap Indonesia. 

Beliau ini teman diskusi, karena pintarnya kita panggil Profesor.

Salah satu pengertian politik saat penulis kuliah menurut dosen, adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan. Presiden RI, Jokowi yang terpilih sebagai presiden Indonesia untuk periode 2019-2024, juga harus mempertahankan kekuasaannya, kata lainnya menjaga amanah dari ATHG, khususnya ancaman dalam dan luar negeri agar bisa menyelesaikan kepemimpinan nasional hingga 2024.

Disampaikannya, ancaman dari dalam dan luar negeri terhadap Indonesia pada era kepemimpinan Presiden Jokowi ditinjau dari persepsi intelijen pada 2020- 2024, yaitu Krisis identitas, Krisis nasionalisme, Pembangkangan, Radikalisme, Terorisme, Negara Khilafah, Pemisahan-Separatisme, Korupsi, Narkoba, Cyber Attack Informational Warfare, Trade War, Currency war, Proxies, Bio-warfare.

Indonesia Aktor Global

Sejak Amerika memindahkan wilayah kepentingannya dengan teori rebalancing, dari kawasan Timur Tengah ke Asia Pasifik, ditinjau dari sisi geopolitik dan geostrategis, Indonesia menjadi negara yang sangat penting dan semakin menonjol sebagai bagian dari aktor global.

Penegasan AS disampaikan oleh Presiden Obama di Jepang tahun 2009, menyatakan selain punya sekutu di kawasan Asia Pasifik, Jepang, Australia, juga India, Amerika menginginkan dua negara yaitu Malaysia dan Indonesia menjadi mitranya.

PM Najib menolak karena China adalah partner dagang utama. Melalui beberapa indikasi adanya ops inyelijen, Najib akhirnya jatuh, setelah terjadi serangan klandestin terhadap MH370 dan MH17, serta diungkapnya kasus korupsinta di 1MDP.

Kini diberitakan pada awal tahun 2020, AS melakukan penilaian posisi politik dan kebijakan LN (resetting) empat negara yaitu India, Jepang, Korea Selatan dan Indonesia. India cerdik, dukung AS, beberapa waktu lalu Presiden Trump berkunjung ke India.

Amerika di satu sisi merasa terancam dengan ulah China yang menggunakan instrumen ekonomi menciptakan "depth trap" di kawasan Asia dan meluaskan wilayah hegemoni melalui OBOR. Terjadi trade war antara AS dengan China.

AS menegaskan musuh utamanya adalah China dan Rusia, tertuang dalam dokumen 'National Security Strategy' dan 'National Defense Strategy ' (2017). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline