Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Berisiko Disusupi Teroris, Ini Imbauan untuk Tolak Pengerahan Massa

Diperbarui: 23 Mei 2019   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019). (Foto : Kompas.com)

Beberapa waktu terakhir beredar seruan-seruan keras akan dilakukannya aksi massa ke KPU, Bawaslu dan Istana pada pengumuman hasil pilpres 2019 tanggal 22 Mei 2019. Selebaran gelap itu adalah propaganda, sepertinya implementasi penolakan Prabowo dan BPN terhadap penghitungan manual KPU.

Dalam ilmu intelijen, ini disebut PUS (Perang Urat Syaraf), yaitu propaganda plus kegiatan, subsistem fungsi intelijen yaitu sarana penggalangan. PUS Prop adalah salah satu sarana cipta kondisi yang ampuh untuk merendahkan musuh dan menghasut kebencian terhadap kelompok tertentu atau lawan.

Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi informasi yang dirancang untuk merangsang reaksi emosional dari pada reaksi rasional. Tujuan yang ingin dicapai agar target mau berfikir, berbuat dan memutuskan seperti apa yang diinginkan si pembuat.

Kondisi Yang Berlaku

Saat ini  secara massif, gelaran Propaganda, dimana disebarkan meme-meme atraktif, serta video-video beberapa ulama daerah yang intinya menuduh KPU dan Bawaslu telah curang. Sasaran akhirnya adalah agar publik terprovokasi tidak percaya dan mengganti pemerintah yang sah, serta menerapkan Syareat Islam.

Sebaran Meme ada yang identik narasi militansi kelompok teror. Narasi, intinya merangsang siapapun target yang percaya untuk siap mati tanggal 22 Mei, dengan judul Tercium Wangi Surga di Jakarta, berbekal baju sehelai dengan sorban hitam. Ini praktek umum dari persiapan aksi teror, dan dicantolkan kepada kepercayaan berjihad dan mati syahid.

Dari pengalaman bertugas di BNPT, penulis mengingatkan kepada Prabowo serta BPN, ada penumpang gelap kelompok teror yang sedang menyiapkan sel-selnya terlibat aksi massa. Sepertinya seirama dengan Prabowo serta BPN yang menolak hasil penghitungan manual KPU. Itulah mereka, para teroris ex Suriah atau simpatisan JAD/ISIS.

Penangkapan Teroris

Densus 88 Mabes Polri telah menangkap total 29 terduga teroris selama bulan Mei 2019. Mereka disebut sebagai bagian dari jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dari hasil pemeriksaan ditemukan peralatan teror serta adanya pengakuan rencana melakukan serangan bom bunuh diri pada 22 Mei 2019. Sedangkan sejak periode Januari-Mei 2019 terduga teroris yang ditangkap sebanyal 69 orang.

Data penangkapan menurut Kadivhumas Mabes Polri, pada Sabtu (4/5) diangkap enam terduga teroris, satu ditembak mati di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. SL, AH, AN, MC dan IF alias Samuel yg memiliki kemampuan merakit bom. Terduga teroris keenam, Tarafudin saat mau ditangkap melawan melemparkan bom tabung gas akhirnya ditembak dan bomnya meledak, yang bersangkutan akhirnya tewas

Polisi menyatakan para terduga teroris terkait dengan kelompok Jaringan Ansharut Daulah (JAD) Lampung. Solihin (SL), adalah  jaringan ustadz Misgianto yg sudah ditangkap lebih dulu. Jaringan ini JAD lokal, belum pernah ke Suriah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline