Lihat ke Halaman Asli

Praviravara Jayawardhana

Hanya seorang praktisi Dharma

Belajar Itu Harus Begini, Baru Bisa Bermanfaat

Diperbarui: 28 Desember 2018   00:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Belajar itu tidak hanya di sekolah. Akan tetapi, belajar harus dilakukan selama 24 jam dalam sehari. Y.M. Biksu Bhadra Ruci di dalam sesi pembukaan Indonesia Lamrim Retreat (ILR) pada 21 Desember 2018 yang lalu, menjelaskan bahwa belajar bukanlah sekedar datang ke wihara dan mendengarkan ceramah.

Akan tetapi, belajar adalah proses mencatat poin-poin yang 'menampar' kita dan kemudian merenungkan poin-poin berulang-ulang di dalam batin kita, "Apakah kita seperti ini ataukah tidak?"

Dengan cara beginilah, baru proses belajar kita bisa memberikan manfaat bagi perkembangan batin kita, tidak hanya berada di tataran otak dan intelektualitas saja.

Biksu Bhadra Ruci juga menjelaskan bahwa ketika kita datang ke sebuah sesi pengajaran, kita harus ingat bahwa kita tidak sedang mencari tontonan atau hiburan saja.

Kita tidak seharusnya hanya mencari guru Dharma yang ceramahnya menyenangkan saja, karena pada dasarnya guru Dharma bukanlah seorang komedian yang berfungsi untuk membuat kita tertawa.

Selain itu, yang terpenting pula sebelum kita memasuki sesi pengajaran kita seharusnya membangkitkan motivasi yang sebaik-baiknya. Apa tujuan kita datang ke tempat ini? Apa yang ingin kita peroleh?

Motivasi datang ke sebuah sesi pengajaran dan retret seperti ILR 2018 ini, bukanlah demi bertemu seorang guru yang kita anggap seperti selebriti dan kita kagum padanya. Bukan pula hanya untuk bersosialisasi dan reuni dengan teman-teman lama.

Apa motivasi yang benar yang seharusnya dibangkitkan? Alasan kita belajar Dharma yang paling utama adalah karena kita tidak bahagia dan ingin memperbaikinya, dengan kata lain, kita ingin bahagia.

Belajar Dharma dalah belajar untuk melihat fenomena-fenomena dan permasalahan melalui sudut pandang yang benar sehingga pada gilirannya, kita bisa pula menghindari penderitaan-penderitaan yang pada dasarnya disebabkan oleh kekeliruan kita dalam mempersepsi sebuah fenomena atau permasalahan.

Selain itu, cara belajar yang benar juga adalah kita harus menghindari sikap buruk yang menyerupai tiga jenis cacat sebuah wadah, yakni kotor, terbalik, dan bocor.

Selain itu, juga ada enam sikap yang harus dibangkitkan ketika kita belajar. Empat di antaranya, yakni: bisa melihat diri sebagai pasien, melihat guru sebagai dokter, melihat Dharma sebagai obat dan melihat bahwa satu-satunya cara untuk sembuh adalah dengan meminum obat tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline