Lihat ke Halaman Asli

Dari Inovasi Balitbang PUPR Menuju Solusi Pembangunan Berkelanjutan

Diperbarui: 24 Desember 2015   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam permasalahan kehidupan yang kompleks di tanah air dalam hal infrastruktur mulai dari ketersediaan air bersih, jalan berlubang, kemacetan, banjir, ketersediaan fasilitas perumahan layak huni, hingga permasalahan kemarau panjang, gempa bumi dan tsunami. 

Tantangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur yang diamanatkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) semakin meningkat dengan signifikan. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR sebagai tulang punggung teknologi penyelenggaran PUPR dan lembaga intermediasi antar pengembang teknologi, harus bergerak cepat dan mampu menjawab tantangan zaman dengan menghasilkan inovasi produk teknologi terapan untuk pembangunan berkelanjutan. 

Balitbang PUPR dengan organisasi Sekretariat Balitbang berperan sebagai fasilitator pendukung Puslitbang Sumber Daya Air (Pusair), Puslitbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan), Puslitbang Perumahan dan Permukiman (Puskim) dalam pemenuhan solusi kebutuhan teknologi PUPR/ masalah yang dihadapi pemangku kepentingan (stakeholders). Sementara Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT) memastikan produk standar siap pakai dan siap diproduksi secara massal serta dapat dimanfaatkan oleh stakeholders

Saat ini Balitbang telah mengembangkan Pusat Informasi yang terletak di Gedung Heritage Kompleks Kementerian PUPR Jakarta Selatan, dimana pusat informasi terkait Balitbang akan mudah diperoleh. Pusat Informasi ini akan tersambung dengan Pusat Pelayanan Umum di masing-masing Puslitbang dan Balai di daerah. 

Pusat Informasi yang dinamakan PINTU (Pusat Informasi Terpadu), secara resmi digunakan dalam acara soft-launching oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR Dr. Ir. Arie Setiadi Moerwanto MSc pada 5 Desember 2015 lalu.  Peresmian PINTU ini dihadiri oleh Ir. Bernaldy ,CES (Sekretaris Balitbang Kementerian PUPR), Dr Ir William Putuhena M.Eng (Kepala Pusair Balitbang Kementerian PUPR), Prof(R) Dr Ir Arief Sabaruddin (Kepala Puskim Balitbang Kementerian PUPR), Ir.Herry Vaza, M.Eng.Sc (Kepala Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR), Ir Bobby Prabowo, CES (Kepala PKPT Balitbang Kementerian PUPR), Ir. Mirna Amin, MT (Staf Ahli Bidang Hubungan Antara Lembaga Kementerian PUPR), Velix Wanggai,SIP,MA (Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian PUPR) dan 50 blogger Kompasiana yang memiliki julukan bukan jurnalis tapi jago nulis. 

Ir.Bernaldy, CES (Sekretaris Balitbang Kementerian PUPR) dalam sambutan peresmian, menegaskan pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan sebagai solusi permasalahan infrastruktur akan dilakukan melalui penguatan sinergi dengan para pemangku kepentingan. Anggaran tahun 2015 yang mencapai 120 trilyun, penelitian teknologi akan sesuai dengan kebutuhan (relevan), mudah dilaksanakan (aplikatif), unsur kebaruan (inovatif) dan bersaing dalam hal mutu, waktu dan biaya (kompetitif). Saat ini Balitbang Kementerian PUPR sudah menghasilkan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebanyak 753 dokumen, pedoman teknis 252 dokumen, Rancangan Standar Nasional  Indonesia (RSNI) 64 dokumen dengan total keseluruhan 1069 dokumen. 

Harapannya PINTU akan dapat membuka simpul-simpul pusat informasi di daerah, yang kelak PINTU akan menjadi bagian dari pelayanan umum kepada masyarakat dan mampu mendukung pencapaian target Kabinet Kerja. 

Setelah peresmian selesai dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan Kompasiana Nangkring bersama Balitbang Kementerian PUPR bertemakan Hadirkan Solusi Seiring Inovasi. Perbincangan dengan moderator Wardah Fajri (Admin Kompasiana) menghadirkan narasumber Ir. Leonarda Ibnu Said MSc (Indonesia Hydrologycal Society), Ir Dendy Priandana ( Kepala Dinas Pekerjaan Umum & Bina Marga Kota Tangerang Selatan) dan Arie Setiadi Moerwanto (Kepala Badan Penelitian & Pengembangan Kementerian PUPR).

Leonarda Ibnu Said menyatakan bahwa dahulu negara Jepang memiliki kali/sungai yang kotor dan masyarakatnya yang tidak memiliki kepedulian pada lingkungan bersih dan sehat. Namun dengan seiring waktu sosialisasi yang membutuhkan waktu hingga 20 tahun, akhirnya saat ini terjawab bahwa masyarakat Jepang memiliki tingkat kedisiplinan tinggi dalam berbagai hal aspek. Ini tentu setelah masyarakat, pemerintah dan dunia usaha bersedia duduk bersama untuk saling bersinergi antar pemangku kepentingan. Meskipun Jepang sering dilanda banjir, tetapi kualitas air relatif bersih dan bening. 

Untuk permasalahan sampah dapat dilakukan dengan hal sederhana melalui metode 3R (reduce, reuse, recycle). Reduce untuk mengurangi produksi sampah. Masyarakat diharapkan mampu membuat kebutuhan prioritas sehingga tidak menghasilkan sampah dari pemenuhan kebutuhan konsumtif berlebihan. Reuse menggunakan kembali barang yang tak terpakai, misalkan ketika hendak mencetak (print) dengan kertas yang berhalaman kosong pada bagian belakang kertas bekas tak terpakai. Recycle mendaur ulang kembali barang seperti botol plastik, kertas maupun botol beling.

Banjir merupakan air yang melimpah dalam permukaan dan tidak tertampung, mengalir di dataran rendah dari dataran tinggi. Banjir sering menyebabkan macetnya jalanan. Saat ini di Jakarta telah banyak dibangun polder untuk mengatasi banjir/rob.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline