Lihat ke Halaman Asli

Yudha Pratomo

TERVERIFIKASI

Siapa aku

"Dongeng dari Negeri Bola" dan "Inside Steve's Brain" Buku Kece yang Layak Anda Baca

Diperbarui: 5 Februari 2018   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Steve jobs waktu masih sering trek-trekan sama anak alay. Wired.com

Jakarta - Jika ditanya apa buku favorit saya, saya akan  sangat bingung menjawabnya. Bukan, bukan karena saya tidak suka baca  buku atau karena terlalu banyak buku yang saya suka. Alasannya karena  hanya sedikit saja buku yang benar benar saya "betah" membacanya sampai  tuntas. 

Saya memang orang yang  tidak tertarik pada banyak hal, termasuk judul buku. Saya bukan orang  yang bisa memaksakan untuk membaca buku jika pada halaman halaman awal  saja saya sudah tidak tertarik. Bahkan saya selalu bertentangan dengan  sebuah peribahasa karena saya selalu menilai buku dari kavernya. Buat  sebagian orang mungkin ini salah, tapi saya beranggapan bahwa kaver  adalah salah satu representasi dari isi buku. Kemudian ditunjang dengan  sinopsis menarik maka dua entitas ini bisa menarik orang untuk membaca  buku tersebut. 

Oke, tapi  buka  berarti saya tidak punya rekomendasi buku yang kece. Saya punya  beberapa, tapi mungkin menurut Anda tidak akan menarik. Tapi yasuda lah  ya, namanya juga rekomendasi. 

Buku  pertama yang saya rekomendasikan adalah "Dongeng dari Negeri Bola"  karya Yusuf (dalipin) Arifin. Dari judulnya saja sudah bisa ditebak, buku ini membahas tentang seluk beluk olahraga terpopuler sejagat; sepak  bola. 

Tapi membahas  sepak bola bukan berarti hanya membicarakan tentang jumlah gol, menit  bermain, penguasaan bola atau atribut-atribut lain yang terjadi di  lapangan. Sepak bola bukan hanya soal angka. Sepak bola tak hanya itu.  Sepak bola adalah bahasa universal dengan lingkup yang sangat luas dan  sepak bola hadir dalam setiap atribut penting kehidupan. Budaya,  kebiasaan, politik, ekonomi, hingga soal kepercayaan pada Tuhan pun ada unsur sepak bola di dalamnya. 

Buku  ini bukan untuk pembaca yang mencintai sepak bola hanya karena angka.  Karena buku ini mengulas olahraga terpopuler sesemesta ini dengan sudut  pandang serta pembahasan lain, bukan hanya angka. 

Dalipin--si  penulis--mampu menjabarkan bahwa sepak bola memang memiliki akar yang  rumit. Ia memperlihatkan adanya keterkaitan antara sepak bola dengan  aspek sosial, ekonomi, budaya, hukum, bahkan nilai-nilai yang tidak  mampu untuk kita prediksi.

Buku ini terbagi lebih dari 10 judul artikel. Setiap judul adalah tulisan-tulisan yang pernah ia muat di media online detik.com dan blog pribadinya. Istinewanya, Anda bisa membaca setiap judul tanpa  harus berurutan. Karena artikel-artikel di dalamnya tidak  berkesinambungan sama sekali. Hanya saja sangat relevan dengan isu-isu  yang tengah terjadi kala itu.


Ada  satu yang ulasan yang sangat membekas dalam ingatan saya, yakni ketika  ia menceritakan bagaimana sebuah kota yang berisi dengan para penduduk  imigran--yang tentu saja dipandang sebelah mata--bisa merebut tahta  tertinggi kekuasaan Liga Inggris. Yang menarik adalah melalui tulisannya  ia memperlihatkan Leicester City melalui sudut pandang kemanusiaan.  Bagaimana kota tersebut dengan lapang dada menerima para imigran dan  tumbuh sebagai daerah yang majemuk. Bagaimana kehidupan di kota tersebut  tanpa membedakan agama, warna kulit, dsb. Bagaimana kota itu dengan  ikhlas memberi wadah bagi para imigran untuk kembali memperbaiki hidup  dan memulai dari nol. 

Dalipin  menceritakan itu semua dalam tulisan berjudul "Romantisme Tanpa Rasa  Congkak". Jika hanya membaca judul saja mungkin Anda tidak pernah  menyangka bahwa isi artikel itu menceritakan tentang sepak bola. Ada  juga artikel yang saya sangat suka--bahkan dibaca berulang-ulang pun  tidak bosan--berjudul "Karena Legenda Tidak Perlu Kata Berpisah". 

Artikel  itu dibuat ketika seorang legenda, kapten Liverpool, Steven Gerrard  memutuskan untuk pensiun. Istimewanya, Dalipin adalah seorang pecinta  Manchester United yang kita tahu persaingan di antara dua  kesebelasan--lebih jauh lagi, persaingan dua kota--tidak akan pernah  habis sampai kapan pun. Tapi tulisannya untuk seorang Steven Gerrard ini  mengandung rasa cinta dan tak ingin kehilangan yang begitu besar.  Memang seorang sosok Gerrard ini menjadi salah satu alasan mengapa Liga  Inggris begitu dicintai para penggemarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline