Lihat ke Halaman Asli

Petrus Kanisius

TERVERIFIKASI

Belajar Menulis

Bumi sebagai Rumah dan Nafas

Diperbarui: 22 April 2017   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bumi sedang sakit. Foto dok. M. Ramos

Tak salah, itu sah-sah saja terkait untuk apa bumi diciptakan sebagai rumah segaligus nafas

Tempat berdiam segenap (segala yang bernyawa) dan tak bernyawa

Semua perlu bumi sebagai tempat berpijak, berkembang biak dan bernafas

Dari awal hingga belum tahu akhir, namun yang pasti usia bumi sudah semakin tua

 Sang Pencipta mencipta jua menitip kepada generasi ke generasi bahwa bumi sebagai rumah dan nafas adalah sebagai titipan bukan warisan

Dari masa ke masa, diusianya yang semakin renta bumi selalu sabar menampung dirumahnya yang semakin rapuh dan rusak karena guratan sekaligus juga goresan dari tingkah polah manusia menantang

Panas terik tak lagi terhalang atap melainkan terang benderang menghadang langsung pada segenap isi bumi dan penjuru kota serta hutan

Tanda penanda realita gerah gelisah terang benderang sang surya kian dan tak kentara merajalela menebus batas kesabaran hingga memakan korban jiwa karena suhu diambang batas sekaligus cobaan yang selalu dan siap menghadang

Gedung-gedung bertingkat semakin merajai menggunakan kipas peyejuk ruangan sebagai penuh jiwa sekaligus jua penyibak mentari untuk semakin menghangat begitu keliahatan

Panas menyengat, dingin menusuk merenda memperbaiki bumi sebagai rumah untuk memperlambat laju si nasib bumi tua

Merenovasi karena hendak hati memperbaiki yang memeranggas rebah tak berdaya, bersisir berjejer rapi acap kali termakan api, menutup lubang-lubang menganga ditepian

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline