Lihat ke Halaman Asli

Petrus Kanisius

TERVERIFIKASI

Belajar Menulis

Puisi, Hari Puisi  21 Maret 2016 : “Hutan Tanah Air Mengadu”

Diperbarui: 21 Maret 2016   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sisa-sisa pembersihan lahan (land clearing) dan selanjutnya di atau ter bakar . Foto dok. Yayasan Palung.

Rimbunmu tidak ternilai bagi tersedianya nafas segala bernyawa banyak rebah tak berdaya melawan para tamak dan congkaknya duniawi

Sejengkal tanah hingga tidak terhingga menjadi  tempat berdiam,  beranak pinak sebagai pertanda habitat kian terhimpit melanda pertiwi

Air sebagai sumber segala, kian kering entah dimana lagi tersedia dan tersisa. Jika ada kian surut mendangkal hingga kering kerontang

Genderang kegaduhan jiwa-jiwa acap kali menghampiri, seakan ingin selalu menantang

 

Menantang jikalau rimbun berganti bersisir hingga gundul

Gersang padang ilalang bersama padi jerami berpadu dengan semak belukar tersisa tunggul

Deru langkah mesin dan gerobolan mengalahkan tegak kokoh berdiri dari megahnya jambul-jambul hingga tunggul bercokol

Hela nafas kian sesak dan tersedak bila Si jago  merah mengamuk segenap penjuru nusantara hingga tetangga

Tak terhingga tanah, idaman para pemodal menanti pundi-pundi investasi penimbun harta benda manati benda

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline