Lihat ke Halaman Asli

BaBe

Saya masih belajar dengan cara membaca dan menulis.

LRT di Palembang, Pesimis atau Optimis?

Diperbarui: 2 Februari 2019   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi selalu optimis dalam bekerja dan membangun negeri ini. Sikap inilah yang harus dicontoh dalam menyikapi kehadiran LRT di Palembang. Masyarakat harus ikut mensukseskan keberadaan LRT ini. (foto: Istimewa)

Negeri ini pernah dalam posisi jauh tertinggal dengan negara lain, terutama dalam hal pemerataan pembangunan. Tentu ini menjadikan banyak ketimpangan, kesenjangan dalam pembangunan menjadikan masyarakat merasa ada pilih kasih pemerintah dalam melakukan pembangunan.

Opini tersebut pelan tapi pasti mulai dikikis dengan bukti nyata yang diwujudkan lewat pembangunan yang merata di seluruh Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Hal yang harus dilakukan sejak puluhan tahun lalu baru dilaksanakan secara merata di Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla.

Adaptasi masyarakat dalam menyikapi pembangunan pun bermacam-macam, ada yang menyambut riang gembira, ada yang biasa-biasa saja. Semua tergantung dimana mereka tinggal, dan aktivitas apa yang bisa mereka dapatkan dari pembangunan yang dilaksanakan.

Bagi para petani, pembangunan bendungan/waduk/dam yang dilakukan dimana-mana akan berimbas positif pada ketersediaan air untuk irigasi. Tetapi bagi para pedagang mungkin tidak merasakan secara langsung manfaat dari pembangunan bendungan/waduk/dam tersebut. 

Seperti halnya keberadaan Kapal Tol Laut yang telah menjadi moda angkutan barang antar pulau di negeri ini. Manfaat Tol Laut dirasakan benar untuk masyarakat di daerah-daerah yang membutuhkan moda transportasi regular untuk membawa bawang-barang kebutuhan mereka.

Di Jawa dan Sumatera saat ini secara jelas kita bisa melihat pembangunan Jalan Tol sepanjang ribuan kilometer. Sebuah infrastruktur yang seharusnya dibangun sejak abad 20, tetapi baru dilakukan di era pemerintahan sekarang. Bila kita melihat jalan Tol di Jawa, tentu ada perbedaan suasana. 

Jalan Tol yang identik dengan lancar pun bisa kita lihat ada kemacetan untuk ruas yang letaknya di Ibu kota, dan ruas Tol yang lenggang untuk wilayah bukan di Ibukota.  Tentu ini bagian dari proses yang memang harus terjadi. Waktu sudah bercerita bahwa dulu jalan Tol di Jakarta saat habis dibangun juga sepi. Lambat laun mulai ramai dan padat. Demikian juga nantinya jalan-jalan di di daerah lain.

Dalam membangun ada dua bentuk yang kita temui, yang pertama adalah membangun karena merupakan sebuah kebutuhan yang harus dilakukan, sebagai contoh adalah pembangunan jalur busway di Jakarta di awal tahun 2000an. 

Pembangunan saat itu dilakukan karena masyarakat DKI Jakarta membutuhkan moda transportasi yang bisa mengurangi kemacetan di Ibu kota. Jadi mau tidak mau pembangunan harus dilakukan. 

Ini seperti halnya pelebaran bandara di kota-kota besar, karena kebutuhan masyarakat semakin tinggi, lalu lintas udara semakin padat, dan pelayanan harus ditingkatkan, maka banyak bandara di negeri ini yang kena proses pembangunan / perbaikan runway dan fasilitas penumpang lainnya.

Bentuk pembangunan yang kedua adalah membangun dengan tujuan untuk merintis. Kita bisa menemui ratusan bandara dan pelabuhan perintis yang dibangun di era pemerintahan Joko Widodo -- Jusuf Kalla. Termasuk juga pembangunan LRT di Palembang juga masuk kategori perintis. TOL Laut juga masuk kategori perintis. Hal ini dilakukan tentu sesuai Nawacita yang dicanangkan oleh pemerintah, bahwa pemerataan pembangunan harus dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline