Lihat ke Halaman Asli

Pian Firman Hidayat

Guru di SDN 1 Bojong Timur | Hipnoterapsit | Jasa Web

Tantangan Hari 15 Minimalisme dan Mindfulness

Diperbarui: 27 Juni 2021   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hidup yang begitu serba cepat menuntut manusia mengikuti arus nya. Dalam proses nya terkadang manusia berhadapan dengan kecemasan,emosi negatif dan stress yang tak bisa dikendalikan. Hari-hari dipenuhi target diluar kemampuan nya sendiri. Kuasa jaman seakan-akan tak terbendung lagi dan manusia kian terseret oleh waktu.

Kecanggihan ilmu dan teknologi memungkinkan manusia meningkatkan kemampuannya dalam bidang penjualan produk dan pemasaran. Tidak sedikit manusia di bombardir oleh iklan di tv, di smartphone sehingga menjadikan manusia tertarik membeli padahal tidak terlalu butuh. Manusia jadi rakus membeli barang, mengumpulkannya untuk masa depan yang tidak akan pernah kita tahu.

Pada akhirnya, munculah suatu konsep yang secara tidak langsung menentang  kepemilikan banyak barang. Dalam bukunya Minimalis, Fumio Sasaki menjelaskan dua konsep. Ada konsep minimalis dan maksimalis. Jika maksimalis adalah membeli dan mengumpulkan barang sehingga memenuhi ruangan rumah, minimalis sebaliknya mengurangi kepemilikan barang dalam jumlah yang minimum sehingga kita memilah barang yang benar-benar penting bagi kita.

Apakah dengan barang yang sedikit kita akan bahagia? Ya,jika kita hidup dengan barang yang benar-benar kita butuhkan. Berapa banyak dari kita saat membeli barang dan sering memakai nya dalam kehidupan sehari-hari? Tidak banyak. Biasanya kita Membeli Buku banyak, dan berapa kali kah kita membaca buku tersebut? Hampir setiap buku yang selesai dibaca, akan kita simpan takkan pernah kita baca kembali.

Minimalisme dengan membuang barang-barang yang tidak di butuhkan membuat kehidupan Fumio Sasaki berubah. Saya pikir, perubahan yang terjadi adalah karena dengan sedikit barang, pikiran kita akan terfokus dari tidak ada barang yang tergeletak disana sini. Karena itu tidak akan membuat pikiran kita menjadi kusut seperti banyak barang yang kita punya. Secara logika jika kita memiliki sedikit baju, maka kita akan sangat mudah membereskan baju sehingga dapat disimpan rapi dan energi yang dibutuhkan untuk merapikan baju tersebut tidaklah terlalu besar.

Hal itu juga memicu pikiran kita untuk terus berada di saat ini. Jika kita sedang bekerja, maka kita tidak akan terlalu memikirkan rumah yang berantakan. Pikiran kita akan terus menikmati yang ada di hadapan kita saat ini. Menikmati setiap detik dalam waktu yang ada. Pada akhirnya Bahagia bukanlah memiliki apa yang kita inginkan, melainkan menginginkan apa yang kita miliki. Jika terus menjaga konsep minimalisme ini dalam kehidupan kita sehari-hari, maka pikiran kita akan terus berada di dalam Mindfullness, yaitu kita berada di momen saat ini tanpa pernah memikirkan hal-hal lain, sehingga pikiran dan hati kita selalu tenang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline