Lihat ke Halaman Asli

Adriansyah Abu Katili

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.

Sang Guru

Diperbarui: 28 April 2024   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: https://www.bing.com/images/create

SANG GURU

Adriansyah A. Katili

Aku  sedang mengenang dua orang mantan guru agamaku di SMA tiga puluh delapan tahun yang lalu. Yang pertama adalah seorang pria yang selalu mengenakan jubah, bersurban dan berjanggut tebal. Namanya Syafii. Seorang yang boleh dikatakan sangat puritan dalam beragama, mendekati kolot dalam menyikapi situasi sosial dan sangat anti pada kebebasan berpikir.

Aku teringat pertama kali dia masuk. Mulai dengan pelajaran tentang sholat. Aku ingat dialog antara kami dalam kelas.

"Apakah arti sholat?  Siapa yang bisa menjawab?"

Aku yang mengangkat tanganku menjawab dengan penuh percaya diri, "Sholat adalah pertemuan puitis antara dua maha, maha pendamba dan Maha Pencinta."

"Jawaban apa itu?" Katanya dengan marah." Ini pelajaran agama, jangan ngawur. Sholat adalah ibadah wajib yang kalau kalian tidak laksanakan akan menyebabkan kalian berdosa dan akan dibakar di neraka."

Itulah kali pertama aku mendapat semprotan dari guru. Sebelumnya tidak ada guru yang menyemprot aku sedemikian.

Minggu berikutnya dia bertanya, "Apakah Alquran itu?"

Setelah tidak ada teman-temanku yang mengangkat tangannya, aku angkat tanganku dan aku menjawab, "Alquran adalah surat cinta Tuhan kepada hambaNya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline