Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

5 Fakta di Balik Gemerlapnya SMA Selamat Pagi Indonesia

Diperbarui: 5 Juli 2022   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SPI: selamatpagiindonesia.org

5 Fakta di Balik Gemerlapnya SMA Selamat Pagi Indonesia

Sekolah yang memfokuskan diri pada pendidikan gratis bagi kaum yatim-piatu, dan miskin ini sangat menarik perhatian.  Andy F. Noya selaku penggagas acara Kick  Andy, memberikan penghargaan dalam acaranya Kick Andy Heroes. Pahlawan yang layak mendapatkan apresiasi tinggi.

Namanya mengingatkan sebuah kebiasaan di grup media  percakapan yang selalu hanya ada ucapan selamat pagi. Jarang banget ada interaksi lainnya selain ucapan itu.  Selamat pagi itu sebuah ucapan, doa, dan harapan penyemangat di hari yang baru.

Motivator juga sering menggunakan terminologi pagi meskipun itu siang, bahkan malam sekalipun, demi sebuah semangat dan adanya harapan baru. Selalu bersemangat dan memiliki harapan besar, bak pagi hari.

SMA Selamat Pagi Indonesia memiliki begitu banyak divisi untuk bisa memberikan suguhan yang baik bagi pelanggan mereka. Ada penginadapan, makan, pertunjukkan, dan bahkan merambah pembuatan film mengenai sepak terjang pendiri dan alumni mereka. Film yang pembuatannya sampai Eropa itu bukan sesuatu yang remeh dan kecil. Gede dan optimis akan keadaan itu.

Pelayanan untuk pembinaan kaum muda, outbond, penginapan, makanan bagi konsumen, dan banyak jasa yang ditawarkan. Apakah gemerlap itu juga bagi anak-anak yang dididik itu benar adanya?

Sekarang ada kisaran belasan anak dan juga dewasa awal yang sedang menuntut keadilan.  Di balik gemerlap nama besar itu, sehingga Andy Noya saja memberikan penghargaan, ada dugaan bahwa si pemilik memiliki masalah yang demikian kompleks.

Aroma "kerja paksa" bagi para siswa-siswi. Di mana mereka bekerja melayani konsumen yang datang dari pagi hingga malam. Jika demikian, kapan mereka sekolah? Kan yang dijual sekolah gratis?  Anak-anak yang sedang menyupayakan keadilan ini menyebut mereka lolos, bukan lulus sekolah.

Mereka bekerja, dengan upah Rp. 100.000-200.000, jika bicara sekolah gratis, jadi salah dong. Harusnya adalah sekolah berbayar dengan kegiatan kalian yang dihargai untuk membeayai diri sendiri. Jika terminologi ini yang dipakai, pasti tidak akan menjadi tenar dan bisa mendatangkan konsumen dan juga donatur.

Pelaporan polisi dan juga persidangan yang sudah berlangsung, hanya berkutat pada dakwaan mengenai kekerasan seksual. Padahal kekerasan dan eksploitasi ekonomi ini juga  tidak kalah keji dan jahatnya. Mengapa hanya satu pelanggaran saja yang menjadi titik pokok pengusutan?

Kejahatan "perbudakan modern jelas sangat keji. Wong UMR saja ada standarnya untuk memberikan upah yang layak bagi buruh. Siapa yang tahu dan bisa memintai pertanggungjawaban ke mana, bayaran anak-anak ini selama mereka bekerja?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline