Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Jilbab dan Digigit Nyamuk, Pernyataan Ngasal

Diperbarui: 26 Januari 2021   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via https://id.carousell.com

Jilbab dan Digigit Nyamuk, Pernyataan Ngasal

Cukup pelik persoalan jilbab di salah satu sekolah menengah atas di Padang. Sebenarnya sederhana, ada yang salah, selesai. KPAI, Mendiknas, KemenkoPolHukam sudah menegaskan, tidak perlu demikian. Mengapa masih berkepanjangan? Hanya karena gengsi sebagai pemimpin sudah salah. Padahal  kualitas pemimpin itu malah nyata ketika berani bertanggung jawab.

Beberapa kengacoan itu adalah sebahgai berikut; ini pernyataan netizen ataupun pejabat yang sempat terekam, tidak seperti itu seutuhnya, pun tidak persis demikian;

Mengapa ribut kalau jilbab, topi santa engga.

Dua hal yang perlu dilihat, jilbab selalu dinyatakan dengan busana Muslim. Jelas, tegas, pasti, tidak bisa disangkal itu busana keagamaan. Beda dengan opi santa, itu istilah dan cenderung bisnis, bukan agama. Tidak ada agama Kekristenan yang menggunakan topi santa sebagai properti peribadatan. Jelas tidak selaras jika memperbandingkan.

Ini selkolah negeri, bukan sekolah berbasis agama. Nanti alasan ini juga akan masuk ketika menjadi jawaban atas reaksi yang lain lagi. Topi santa juga bukan dipaksakan kepada siswa Muslim, belum pernah terjadi bahkan.

Sekolah Kristen masih memaksa Pelajaran Agama Kristen tidak?

Lagi-lagi ngaco. Ini adalah konsekuensi atas pilihan sendiri, masuk ke sekolah Kristen ya ikut apa yang ada di sana. Sudah ada surat pernyataan yang disepakati dengan suka rela di muka. Perbandingannya sebenarnya adalah, apakah anak Nonmuslim yang sekolah di sekolah Islam juga harus ikut pelajaran agama Islam?

Berbeda secara esensial. Mengapa? Persoalannya itu di sekolah negeri, bukan di sekolah agama. Jika itu di Madrasah juga yang menyoal malah ngaco. Membedakan dan memetakan masalah saja kacau.

Keindahan dan kerapian.

Terlalu subyektif, peraturan itu sebisa mungkin obyektif. Pun tidak pas juga karena label dan sematan busana Muslim bukan soal rapi dan indah, namun sesuai dengan tuntunan agama atau tidak. Beda konteks dan malah jadinya terkesan membela diri semata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline