Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Penggusuran, Janji Politik, dan Sebuah Keniscayaan

Diperbarui: 18 November 2019   03:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | Dok. Sudin Kominfotik Jakarta Utara

Miris membaca pemberitaan penggusuran Sunter Agung, sejatinya hal yang normal, wajar, dan lumrah ketika adanya penggusuran dengan berbagai dalih. Toh dalam beberapa waktu terakhir, sering ganti rugi yang demikian gencar jargon itu di masa lampau, kini menjadi ganti untung.

Penggusuran dalam konteks yang sangat luas, bisa terjadi karena demi akses dan kepentingan umum, mau tidak mau ada yang perlu  berkorban untuk pindah. Contoh perluasan kawasan dan perkantoran misalnya. Atau jalan yang perlu dilebarkan dengan memangkas rumah.  

Biasanya yang demikian tidak akan ada reaksi berlebihan karena melibatkan hal-hal yang resmi, bisa berdialog, dan surat menyurat baik-baik saja.

Jauh lebih heboh adalah ketika ada sekelompok pihak menempati bertahun-tahun, beranak pinak, dan lahan milik umum, daerah-negara, atau kadang milik pribadi yang awalnya nembung baik-baik saja, menumpang, dan menggunakan sepanjang tidak dipakai. 

Nah ketika sudah berganti keturunan, pengguna, dan pemilik bisa kalang kabut.

Lha tangsi saja bisa berabe, ketika anak cucu tentara yang kadang sudah meninggal enggan pergi merasa berjasa pada negara. Ini salah kaprah dan ribet karena pembiaran. Identik dengan menghuni tanah milik pribadi yang duluuuunya baik-baik saja.

Paling ribet dan ribut yang hidup pada bantaran kali, bahu jalan, dan sejenisnya. Awalnya satu dua, kecil, hanya hunian sementara. Pembiaran dan sikap permisif menjadi penyebab masalah. Belum lagi jika masuk kepentingan politis.

Janji Politik dan Realisasi

Sangat mudah mengatakan ini dan itu, apalagi memanfaatkan fakta banyak warga yang jengkel adanya penggusuran. Mau diberi apapun, toh dijanjikan mobil mewah, hunian megah, kalau ada yang menjanjikan tidak akan menggusur orang tetap akan memilih yang tidak menggusur.

Mereka juga paham kog mereka itu ada pada posisi lemah. biasanya surat menyurat tidak ada, hunian mereka sejatinya mereka pahami sebagai tempat yang tidak semestinya, dan rawan untuk digusur, kembali pada posisi dan peruntukan semula.

Momen yang sangat menggiurkan warga panas, warah, dan meradang karena banyak hunian mereka terancam tergusur, dipakailah siasat tanpa penggusuran. Kalau tidak salah ingat dulu ada kata lain, geser, bangunan terapung, dan kenaifan lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline