Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Hidup dan Penegakan Hukum Tidak Sekadar Wacana dan Mabuk Agama

Diperbarui: 1 Agustus 2019   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hidup dan Penegakan Hukum Tidak Sekadar Wacana dan Mabuk Agama, Bukan Anies

Beberapa hari ini rekan Kompasianer juga rekan di media sosial berkisah soal  mobilnya di rumah orang tuanya ketutup karena mobil tetangga menghalangi jalan keluar. Masalah sederhana menjadi besar karena adanya umpatan bahkan ancaman. Apalagi ada pula aksi pengambilan lahan dengan tidak sah.

Sampai ke kepolisian, nah ketika di kepolisian ada yang tidak wajar, di mana polisi itu mengatakan kalau itu harus diselesaikan saja kekeluargaan, iu urusan surga, apa tidak mau surga nantinya, dan berkisar soal itu. Ini hanya ilustrasi saja. Polisi bukan bicara penegakan hukum namun malah soal dunia kemudian.

Beberapa akun media sosial, atas nama humas kepolisian juga sering menayangkan dan mewartakan soal aksi sosial. Tidak jarang menayangkan dalil-dalil keagamaan. Apakah salah? Tidak juga, namun kan ranah kementrian agama dan jajarannya. Benar bahwa mengurangi potensi rawan keamanan dengan agama, namun tentu bukan bidangnya.

Beberapa hari ini  sedang giat-giatnya gotong royong dan kerja bakti menyambut HUT bangsa Indonesia. Bebersih, mengecat jalan, dan membuat dan menempatkan tong sampah. Aneh dan lucu yang terjadi, tong sampah baru tetap bersih, namun kulit buah dan bungkus roti di sekitarnya cukup banyak. Pelakunya juga yang kerj bakti. Padahal kan sudah dikatakan sampai berbusa mungkin kebersihan bagian dari iman, atau jagalah kebersihan. Ternyata konsep kebersihan masih jauh dari harapan.

Kisah lain, penyapu jalan yang menyapu dan mengarahkan sampahnya ke got terdekat, ini juga dilakukan para ibu yang kerja bakti. Ini bukan membersihkan lingkungan, hanya menggeser sampah dan masalah. Musim  kkkemarau biasa saja membuang sampah ke got, jangan kaget nanti penghujan akan banjir dan air ke mana-mana.

Beberapa ilustrasi di atas memberikan beberapa hal yang cukup menarik untuk direnungkan lebih dalam.

Menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak tepat. Contoh polisi di atas. Pelanggaran hukum sekecil apapun ya harus diselesaikan dengan hukum. Ingat penyelesaian hukum tidakk mesti ke pengadilan, namun ada juga penyelesaian kekeluargaan, namun tetap menganut keadilan dan kebenaran.

Coba bagaimana ada yang menyerobot tanah namun pihak lain diminta merelakan demi surga. Sama juga ini orang kehausan airnya dibuang dan diminta sabar anggap saja puasa. Ini ketidakadilan jangan berbicara soal akhirat. Tidak salah adanya pengampunan dan pemaafan, namun jangan juga membiarkan pelanggaran hukum atas nama belas kasih. Beda kasus dan ranah.

Budaya dan tabiat permisif model ini yang membuat orang mudah mabuk agama. Ketika ada label agama sejahat apapun dibela sebenar apapun dianggap mencela. Ini kronis dan jangan salahkan ketika banyak yang memanfaatkan ranah ini untuk merongrong bangsa. Sangat mudah membakar emosi dan maasuk dengan sangat santun dan diterima dengan suka cita karena agama yang dijadikan tameng.

Konsep menjadi sebuah kebanggaan. Kata-kata indah namun kosong makna sering kita jumpai. Penghargaan orang bukan pada hasil, namun narasi yang indah. Lihat saja bagaimana seolah indah dan beriman, namun omong kosong ketika pelanggaran didiamkan atas nama iklas demi surga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline